BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Kehidupan manusia tidak terlepas dari sejarah kehidupan, karena dengan sejarah itu manusia dapat menjadikan tolak ukur untuk melakukan suatu tindakan di masa sekarang, apakah baik atau sebaliknya, sehingga dapat menghasilkan hasil yang maksimal.
Sejarah adalah suatu peristiwa yang telah terjadi di masa lampau, yang merupakan bagian dari kehidupan manusia, sejarah itu di isi tergantung pada pembuat sejarah apakah diisi dengan tinta sejarah yang bermanfaat atau sebaliknya. Hingga sampai saat ini pun sebenarnya kita juga sedang membuat sejarah tentang kehidupan kita untuk generasi penerus kita baik itu untuk anak dan cucu kita dan semua orang yang terlibat dalam aktivitas kehidupan kita. Secara tidak langsung kita ada pada saat ini merupakan sejarah dari orang tua kita, orang tua kita ada dari orang tua kita sebelumnya dan begitulah seterusnya.
Peristiwa sejarah meliputi berbagai aktivitas manusia semua bidang manusia salah satunya adalah landasan sejarah dalam bidang pendidikan yang merupakan pembahasan makalah ini. Pendidikan merupakan hasil sejarah orang-orang sebalum kita yang berjasa dalam bidang sejarah. Oleh karena itu dengan adanya landasan sejarah pendidikan di masa lalu bisa di jadikan gambaran untuk melakukan pendidikan di masa sekarang. Sehingga dalam pelaksaan pendidikan dapat mengarah pada tujuan yang sebenarnya daripada pendidikan itu sendiri.
B.Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1.Bagaimana pendidikan di masa perjuangan bangsa?
2.Bagaimana pendidikan di masa pembangunan?
3.Bagaimana pendidikan di masa reformasi?
4.Bagaimana implikasi landasan sejarah dalam konsep pendidikan
C.Tujuan
Berdasarkan masalah di atas maka tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui :
1.Pendidikan di masa perjuangan bangsa?
2.Pendidikan di masa pembangunan?
3.Pendidikan di masa reformasi?
4.Implikasi landasan sejarah dalam konsep pendidikan
BAB II
PENDIDIKAN DAN LANDASAN SEJARAH
A.Pendidikan Di Masa Perjuangan Bangsa
Perjuangan bangsa Indonesia untuk mewujudkan suatu bangsa yang merdeka dan mengisimya agar menjadi jaya adalah panjang sekali. Perjuangan itu yang dimulai dari zaman kerajaan, sudah dikumandangkan, nilai-nilai keprajuritan sudah ditanamkan, dan sangat membela kerajaan sudah dikobarkan. Walaupun perjuangan ini bersifat kedaerahan, namun nilai semangat juang itu sudah cukup besar artinya bagi generasi yang mewarisi sejarah itu.
Perjuangan yang bersifat daerah itu berubah menjadi perjuangan bangsa sejak didirikannya: pertama, Budi Utomo pada tahun 1908. Pada waktu D.r. Wahidin Sudirohusodo mendirikan Budi Utomo, maka pada tahun 1913 beliau mendirikan Darmawara atau Studi fonds. Gerakan ini dibantu oleh pemerintah. Kedua, Budi Utomo mengusulkan agar sekolah dasar yang lamanya 3 tahun dijadikan 4 tahun. Selanjutnya, untuk kota-kota pendidikan untuk rakyat ini lamanya 5 tahun. Ketiga, mengusulkan agar pemerintah mendirikan HIS sehingga anak-anak bumi putra dapat melanjutkan pelajaran seperti anak-anak Belanda yang memperoleh pendidikan ala Barat. Untuk melaksanakan cita-cita tersebut, Budi Utomo mendirikan 3 sekolah netral, yaitu di Solo dan dua buah di Yogyakarta.
Pada tahun 1918, pendidikan Budi Utomo telah berkembang semakin pesat antara lain dengan dibukanya Kweekshooh di Jawa Tengah, kemudian mendirikan sekolah guru kepandaian putri untuk sekolah Kartini. Demikian pula didirikan 6 buah normal sekolah untuk sekolah angka 2 disamping dua buah normal sekolah khusus untuk putri. Dalam rangka pendidikan di desa-desa, didirikanlah 10 kursus guru desa. Demikianlah, pada tahun itu sekolah-sekolah Budi Utomo telah berkembang menjadi “sekolah angka 2” bertambah 60 buah, SD bertambah 400, dan mendirikan sekolah peralihan pada 20 sekolah angka 2.
Budi Utomo dirintis oleh Wahidin, seorang bangsa Indonesia yang sempat mendapatkan pendidikan di perguruan tinggi waktu itu. Mula-mula ia mendirikan Yayasan Dana belajar dengan maksud agar lebih banyak bangsa Indonesia dapat berkesempatan belajar dan untuk mempertinggi kebudayaan Indonesia. Pendidikan pada zaman penjajahan Belanda dapat dikatakan tidak Menguntungkan bangsa Indonesia. Pada waktu itu terjadi dualisme dalam pendidikan yaitu:
1.Sistem pendidikan untuk anak-anak orang Belanda dan orang-orang Eropa lainnya. Sistem pendidikan ini lengkap mulai dariSD sampai SMA dan lulusannya dapat hak untuk meneruskan ke Eropa.
2.Sistem pendidikan untuk anak-anak orang Indonesia, yaitu sebagian besar SD 3 tahun, dan beberapa SD 5tahun. Dan lulusannya dimaneaatkan untuk menjadi pegawai-pegawai pemerintah jajahan yang dibayar murah.
Berkat perjuangan bangsa Indonesia yang gigih dan kemudian muncul politik etis, jumlah lembaga pendidikan diperbanyak dan jenjangnya ditingkatkan serta lebih beragam. Sampai perguruan tinggi pun didirikan yaitu kedokteran dan hukum. Tetapi hanya sejumlah kecil bangsa Indonesia yang sempat menikmatinya.
Seorang tamatan kedokteran pada perguruan tinggi di atas adalah Wahidin, yang setelah mendirikan Yayasan Dana Belajar, meneruskannya dengan mendirikan Budi Utomo karena mendapat sambutan hangat dari mahasiswa. Pergerakn kebangsaan yang bersifat nasional dimulai dari kalangan warga kampus, yaitu alumni dan para mahasiswa. Ciri-ciri organisasi Budi Utomo adalah:
1.Dasar organisasi adalah kebudayaan.
2.Tujuannya adalah untuk memajukan bangsa Indonesia dalam segala bidang kehidupan, terutama kebudayaan.
3.Pimpinan adalah orang-orang Indonesia yang bukan pelajar.
Salah satu usaha organisasi ini adalah mendirikan sekolah-sekolah swasta, untuk menghidupkan dan menggalang rasa kebangsaan, cinta kebudayaan sendiri, melestarikan dan mengembangkannya. Kesadaran akan makna dan manfaat organisasi pergerakan kebangsaan makin lama makin meningkat. Akibatnya, organisasi-organisasi yang senada dengan Budi Utomo banyak bermunculan seperti serikat dagang, perkumpulan pemuda, dan partai politik.
Perjuangan kebangsaan semakin meningkat sejak dilakukannya sumpah pemuda tahun1928. Dari isi sumpah pemuda ini kelihatan bahwa persatuan bangsa Indonesia semakin kuat, karena merasa diikat oleh negara, bangsa, dan bahasa yang satu yaitu Indonesia.
Perjuangan melawan penjajah tidak pernah padam, perjuangan berlangsung terus dari waktu ke waktu. Proses perjuangan seperti ini menempa jiwa seseorang untuk berjiwa patriotic. Jiwa patriotik memiliki nilai-nilai 45 dan serangan 45. Nilai-nilai 45 dapat diwujudkan antara lain: (menurut Gema,1988 dan Surono, 1988)
1.Berani berbuat
2.Rela berkorban
3.Kompak bersatu
4.Rasa senasib sepenanggungan
5.Pantang menyerah
6.Patuh kepada pemimpin
7.Kendahulukan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi
8.Cinta akan kebenaran dan keadilan
9.Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
B.Pendidikan Di Masa Pembangunan
Setelah Indonesia merdeka, masalah dalam negeri sudah mulai reda, pembangunan untuk mengisi kemerdeaan mulai di gerakan. Pembangunan di laksanakan serentak pada berbagai bidang, baik spiritual maupun material. Prioritas masa pembangunan, prioritas pertama jatuh pada pembangunan bidang ekonomi. Rasionalnya ialah karena bidang ekonomi memegang peranan penting dalam memajukan suatu bangsa dan negara.
Untuk mencapai maksud di atas, maka di kembangkan kebijakan link and match di bidang pendidikan. Konsep keterkaitan dan kepadanan ini di jadikan strategi operasional dalam meningkatkan relevansi pendidikan. Arti konsep ini adalah: (link and match. 1993)
1.Link berarti pendidikan yang memiliki kaitan fungsional dengan kebutuhan pasar. Ini merupakan implementasi kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan kelembagaan, koordinasi, pengaturan, perencanaan, dan program kerja.
2.Match berarti lulusan yang mampu memenuhi tuntutan para pemakai baik jenis, jumlah, maupun mutu yang dipersyaratkan.
Inovasi-inovasi pendidikan juga sudah di laksananakan untuk mencapai sasaran pendidikan yang diinginkan, beberapa inovasi yang telah di laksanakan antara lain adalah (Tilaar, 1996): PPSP yang mencobakan belajar dengan modul, SD Pamong yaitu pendidikan antara masyarakat, orang tua, dan guru, yang hilang dari peredaran setelah muncul SD Inpres untuk mengejar target kuantitatif atau pemerataan pendidikan. Inovasi-inovasi ini gagal antara lain karena hanya merupakan imitasi dari praktek-praktek dan pemikiran dunia Barat.
Sementara itu Alisyahbana(1990) mengemukakan ada tiga macam pesimisme di kalangan para ahli pendidikan. Pesimisme yang di maksud adalah:
1.Pemerintah seolah-olah belum memiliki political will yang kuat untuk memperbaiki pendidikan.
2.Orang Indonesia memiliki budaya begitu lamban melakukan transformasi sosial, yang sangat perlu untuk mengadakan adaptasi terhadap dunia yang berubah begitu cepat.
3.Seolah-olah sulit munculnya tokoh pemikir yang berani menyusun dan memperjuangkan konsep-konsep yang bertalian dengan pendidikan nasional yang mungkin tidak sejalan dengan keinginan pada birokrat yang berkuasa.
Deklarasi Konvensi Nasional Pendidikan II Tahun 1992 yang mengatakan bahwa:
1.Realisasi tanggung jawab antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah, belum terwujud secara menyeluruh dan bahkan belum di hayati sepenuhnya oleh semua pihak.
2.Di perlukan political will dan pola pembangunan seperti itu untuk daerah terpencil belum terwujud.
3.Penanaman nilai-nilai budaya maupun agama tidak cukup melalui bidang studi saja seperti keadaan sekarang, melainkan melalui semua bidang studi secara integratif.
Lebih jauh Buchori (1990) mengemukakan ada beberapa kesenjangan yang terjadi dalam dunia pendidikan kita, antara lain:
1.Kesenjangan okupasional, yaitu kesenjangan antara jenis pendidikan atau sifat akademik dengan tugas-tugas yang akan di lakukan dalam dunia pendidikan.
2.Kesenjangan akademik, artinya mpengetahuan-pengetahuan yang di terima di sekolah acap kali tidak bermanfaat dalam kehidupah sehari-hari.
3.Kesenjangan kultural, hal ini terjadi karena masih banyak lembaga pendidikan menekankan pengetahuan klasik dan humaniora.
4.Kesenjangan temporal, ialah kesenjangan antara wawasan yang di miliki dengan wawasan dunia sekarang.
Pembangunan di bidang pendidikan masih banyak menghadapi hambatan, yang membuat lurusanya kurang memadai.dampak dari kondisi seperti ini adalah pembangunan secara keseluruhan tidak dapat di lewati dengan lancar. Memang benar pembangunan pendidikan secara kuantitatif dapat di pandang sudah berhasil dengan selesainya wajib belajar enam tahun. Pembangunan pendidikan berdasarkan Tap MPRS RI No XXV/11/ 1946 Pelita, tujuan pendidikan: membentuk manusia pancasilais sejati berdasarkan ketentuan-ketentuan sifat yang di kehendaki oleh pembukaan UUD 1945 dan isi UUD 1945.
Untuk mencapai dasar dan tujuan pendidikan adalah sebagai berikut:
1.Memperanggung jawabkan mental/ moral/ Budi pekerti dan memperkuat keyakinan beragama..
2.Mempertanggungjawabkan kecerdasan dan keterampilan membina/ memperkembangkan fisik yang kuat dan sehat.
Salah satu dampak dari hasil pembangunan yang tidak seimbang itu adalah:
1.Munculnya kenakalan dan perkelahian anak-anak muda dari sana-sini
2.Maraknya kolusi di berbagai kalangan
3.Tingginya tingkat korupsi
Namun demikian, tidak berarti pembangunan Indonesia sudah gagal atau macet. Ada segi-segi keberhasilan pembangunan yang menonjol yaitu:
1.Kesadaran masyarakat tentang pentingnya melaksanakan ajaran agama sudah meningkat dengan pesat
2.Persauan dan kesatuan bangsa tetap terkendali
3.Perumbuhan ekonomi Indonesia meningkat tinggi sampai mencapai 7%
Selain itu timbul pula masalah-masalah dalam masa pembangunan pendidikan, antara lain :
1.Pemerintah belum kuat untuk memperbaiki pembangunan
2.Tanggung jawab bersama antar keluarga, masyarakat dan pemerintah dalam pendidikan belum terealisasi secara menyeluruh
3.Sulit menemukan tokoh pemikir dalam bidang pendidikan
4.Konsep-konsep inovasi pendidikan bersumber dari dunia barat
5.Penanaman nilai budaya dan agama tidak cukup melalui bidang studi tertentu
6.Sekolah menengah umum kebih banyak daripada sekolah kejuruan
7.Masyarakat lamban melakukan traspormasi sosial untuk beradaptasi dengan era global.
C.Pendidikan Di Masa Reformasi
Selama Orde Baru berlangsung, rezim yang berkuasa sangat leluasa melakukan hal-hal yang mereka inginkan tanpa ada yang berani melakukan pertentangan dan perlawanan, rezim ini juga memiliki motor politik yang sangat kuat yaitu partai Golkar yang merupakan partai terbesar saat itu. Hampir tidak ada kebebasan bagi masyarakat untuk melakukan sesuatu, termasuk kebebasan untuk berbicara dan menyaampaikan pendapatnya.
Begitu Orde Baru jatuh pada tahun 1998 masyarakat merasa bebas bagaikan burung yang baru lepas dari sangkarnya yang telah membelenggunya selama bertahun-tahun. Masa Reformasi ini pada awalnya lebih banyak bersifat mengejar kebebasan tanpa program yang jelas.
Sementara itu, ekonomi Indonesia semakin terpuruk, pengangguran bertambah banyak, demikian juga halnya dengan penduduk miskin. Korupsi semakin hebat dan semakin sulit diberantas. Namun demikian, dalam bidang pendidikan ada perubahan-perubahan dengan munculnya Undang-Undang Pendidikan yang baru dan mengubah system pendidikan sentralisasi menjadi desentralisasi, di samping itu kesejahteraan tenaga kependidikan perlahan-lahan meningkat. Hal ini memicu peningkatan kualitas profesional mereka. Instrumen-instrumen untuk mewujudkan desentralisasi pendidikan juga diupayakan, misalnya MBS (Manajemen Berbasis Sekolah), Life Skills (Lima Ketrampilan Hidup), dan TQM (Total Quality Management).
Kelemahan-kelemahan masa reformasi adalah sebagai berikut :
1.Ekonomi semakin terpuruk, walaupun pemerintah tetap memprioritaskan pembangunan ini.
2.Korupsi masih banyak terjadi walaupun pemerintah berusaha keras untuk memberantasnya.
3.Hukum belum benar-benar dapat di tegakkan.
4.Kekacauan tampak meluas, terutama di kota-kota besar berbagai macam demontrasi terjadi.
5.Terorisme dan narkoba juga belum bisa di bersihkan.
Namun demikian, masa reformasi ini mempunyai juga aspek positif, misalnya:
1.Sistem desentralisasi pemerintahan dan pendidikan mulai di bangun.
2.Nilai-nilai keagamaan tetap terjunjung tinggi.
3.Demokrasi pada banyak sektor mulai menampakkan diri.
4.Pemberontakan di daerah berangsur-angsur dapat diatasi.
5.Pemilihan langsung oleh rakyat mulai dan dapat terlaksana.
D.Impilikasi Landasan Sejarah Dalam Konsep Pendidikan
Masa lampau memperjelas pemahaman kita tentang masa kini. Sistem pendidikan yang kita miliki sekarang adalah hasil perkembangan pendidikan yang tumbuh dalam sejarah pengalaman bangsa kita pada masa yang telah lalu (Nasution, 2008). Pembahasan tentang landasan sejarah di atas memberi implikasi konsep-konsep pendidikan sebagai berikut:
1.Tujuan Pendidikan
Pendidikan diharapkan bertujuan dan mampu mengembangkan berbagai macam potensi peserta didik serta mengembangkan kepribadian mereka secara lebih harmonis. Tujuan pendidikan juga diarahkan untuk mengembangkan aspek keagamaan, kemanusiaan, kemanusiaan, serta kemandirian peserta didik. Di samping itu, tujuan pendidikan harus diarahkan kepada hal-hal yang praktis dan memiliki nilai guna yang tinggi yang dapat diaplikasikan dalam dunia kerja nyata.
2.Proses Pendidikan
Proses pendidikan terutama proses belajar-mengajar dan materi pelajaran harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik, melaksanakan metode global untuk pelajaran bahasa, mengembangkan kemandirian dan kerjasama siswa dalam pembelajaran, mengembangkan pembelajaran lintas disiplin ilmu, demokratisasi dalam pendidikan, serta mengembangkan ilmu dan teknologi.
3.Kebudayaan Nasional
Pendidikan harus juga memajukan kebudayaan nasional. Emil Salim dalam Pidarta (2008: 149) mengatakan bahwa kebudayaan nasional merupakan puncak-puncak budaya daerah dan menjadi identitas bangsa Indonesia agar tidak ditelan oleh budaya global.
4.Inovasi-inovasi Pendidikan
Inovasi-inovasi harus bersumber dari hasil-hasil penelitian pendidikan di Indonesia, bukan sekedar konsep-konsep dari dunia Barat sehingga diharapkan pada akhirnya membentuk konsep-konsep pendidikan yang bercirikan Indonesia.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
1.Pendidikan di masa perjuangan masih bersifat demokratis.
2.Pendidikan di masa pembangunan secara kualitatif masih jauh tertinggal karena pemerintah belum menunjukkan political will yang kuat untuk memperbaiki pendidikan.
3.Pendidikan di masa reformasi mulai dibangun dimana pemerintah mengubah sistem pendidikan sentralisasi menjadi sistem desentralisasi.
4.Pendidikan diharapkan mampu dan bertujuan untuk :
a.Mengembangkan semua potensi peserta didik.
b.Mengembangkan kepribadian yang harmonis.
c.Memberi kebebasan kepada anak dalam mengembangkan semua aspek dirinya secara wajar.
d.Mengembangkan bakat masing-maisng.
e.Mengembangkan aspek kemanusiaan.
f.Mengembangkan rasa kebangsaan dan aspek kemasyarakatan.
g.Membuat anak untuk hidup mandiri.
h.Nenbuat anak menghargai dan bersedia bekerja keras.
B.Saran
Hendaknya sebagai warga negara Indonesia yang baik mampu meningkatkan mutu pendidikan yang mewariskan peradaban masa lampau sehingga peradaban masa lampau yang memiliki nilai-nilai luhur dapat dipertahankan dan diajarkan lalu digunakan generasi penerus dalam kehidupan mereka di masa sekarang. Dengan mewariskan dan menggunakan karya dan pengalaman masa lampau, pendidikan menjadi pengawal , perantara, dan pemelihara peradaban. Dengan demikian, pendidikan memungkinkan peradaban masa lampau diakui eksistensinya dan bukan merupakan “harta karun” yang tersia-siak
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. http://apadefinisinya.blogspot.com/2008/05/landasan-historis-pendidikan-indonesia.html.
Anonim. 2012. http://dyahrochmawati08.wordpress.com/2008/11/30/landasan-historis-pendidikan-di-indonesia/.
Buchori, Mochtar. 1995. Transformasi Pendidikan. Jakarta: IKIP Muhammadiyah Jakarta Press.
Nasution, S. 2008. Sejarah Pendidikan Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
Pidarta, Made.2007. Landasan Kependidikan: Stimulus Pendidikan bercorak Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
No comments:
Post a Comment