Wednesday 27 January 2016

Kukang Jawa (Nycticebus javanicus)

BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Kukang Jawa memiliki nama latin Nycticebus javanicus dan dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama Javan slow loris. Mereka adalah spesies kukang yang tinggal di Pulau Jawa bagian Tengah dan Barat.
Dulunya kukang jawa dianggap sebagai subspesies dari kukang Sunda (Nycticebus Coucang). Hingga pada tahun 2000-an penelitian genetik dan morfologi memisahkannya menjadi satu spesies tersendiri. Spesies kukang jawa sendiri ada 2 varian yang dibedakan berdasarkan panjang bulu, dan pewarnaannya.
Kukang jawa memiliki berat sekitaran 565 hingga 687 gram dengan panjang tubuh sekitar 11,5 inci. Mereka adalah binatang arboreal yang menghabiskan sebagian besar waktunya di atas pohon. Pergerakan mereka lambat dengan merambat dari satu pohon ke pohon lain, bukan dengan melompat. Kukang jawa juga termasuk binatang nokturnal, yang lebih aktif di malam hari.
Habitat kukang jawa meliputi hutan primer dan sekunder. Namun mereka terkadang juga dapat ditemukan di hutan bambu, mangrove, dan kebun cokelat. Makanan kukang jawa antara lain buah, getah, kadal, dan telur. Mereka biasa tidur di cabang pohon, terkadang dalam sebuah grup, tetapi lebih sering berkeliaran berpasangan atau sendirian.
Populasi kukang jawa mengalami penurunan yang sangat signifikan, terutama diakibatkan oleh perburuan liar untuk diperjualbelikan di pasar gelap untuk dijadikan hewan piaraan atau untuk bahan pembuatan obat tradisional.
Berkurangnya habitat asli dan penyebarannya yang terbatas, juga menjadi penyebab kelangkaan hewan eksotis ini. Oleh sebab itu IUCN memasukkan kukang jawa dalam status "Terancam PUnah (EN)". Binatang endemik Indonesia ini bahkan juga masuk ke dalam "25 primata paling terancam punah di dunia" selama 2008 - 2010.

BAB II
PEMBAHASAN
A.Deskripsi Kukang Jawa
Kukang jawa (Nycticebus javanicus) merupakan jenis kukang yang tersebar di kepulauan Jawa khususnya di hutan lindung dan wilayah konservasi seperti taman satwa dan cagar alam.






Klasifikasi ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Primates
Famili : Lorisidae
Genus : Nycticebus
Spesies : N. javanicus

B.Morfologi
Kukang jawa (N. javanicus) merupakan satwa primata primitif yang tidak berekor, bersifat nokturnal (aktif di malam hari), dan arboreal (tinggal di atas pohon). Spesies ini merupakan anggota ordo primata dari sub ordo Strepsirhine atau Prosimian, yang artinya pra atau sebelum simian atau primata primitif. Ciri utama dari sub ordo ini adalah nokturnal dan soliter (Napier & Napier 1967 & 1985; Rowe 1996; Wiens & Zitzmann 2003a). Berikut ini adalah ciri morfologi kukang jawa berdasarkan taksonominya (Tabel 2).

Tabel 2  Ciri morfologi kukang jawa













C.Habitat
Hewan ini biasanya tinggal dalam hutan primer dan hutan sekunder, hutan bambu, hutan bakau. Kadang-kadang ditemukan juga dalam area perkebunan seperti perkebunan coklat. Pernah juga ditemukan spesies ini berada di Jakarta, yaitu di daerah Jagakarsa dan Halim Perdana Kusuma. Sering sekali hewan ini mati karena terjerat kabel listrik saat berpindah dari satu pohon ke pohon lainnya

D.Makanan
Kukang banyak memakan buah-buahan (50%), 30% memakan binatang kecil seperti serangga, telur burung, kadal dan sebagainya. Selebihnya, kukang dapat memakan biji-bijian seperti biji coklat. Cara kukang memburu mangsa, biasanya dengan diam mengendap-ngendap dan berjalan hati-hati, tetapi ketika telah mendekati mangsa, kukang akan bergerak dengan cepat untuk menggapai mangsanya.Kaki depan akan berubah fungsi menjadi tangan bila kukang memakan buah atau biji.

E.Kukang dan Kehidupannya
Kukang (Nycticebus coucang) adalah salah satu spesies primata dari genus Nycticebus yang penyebarannya di Indonesia meliputi pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan. Kukang dikenal juga dengan sebutan pukang, malu-malu atau lori, bersifat aktif di malam hari (nokturnal). Di pulau Jawa terdapat subspesies Nycticebus coucang javanicus, yang penyebarannya meliputi Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan ciri bulu tubuhnya berwarna coklat muda sampai coklat tua, bermata besar menonjol keluar, panjang kepala dan badannya 33 cm dengan bobot badan berkisar antara 300-1500 g. Pada bagian kepala hingga punggungnya terdapat garis coklat tua yang menjadi salah satu cirinya. Tangannya berfungsi sebagai pemegang yang telah berkembang baik.

F.Pengelompokan
Berasal dari Ordo Primate, kukang menempati Sub Ordo Prosimian dan Family Lorisidae. Terdapat sedikitnya tiga spesies di Asia, yaitu slow loris (Nycticebus coucang), pygmy loris (Nycticebus pygmaeus) dan slender loris (Loris tardigardus).
Empat sub spesies dari slow loris yang ada, antara lain Nycticebus coucang bengalensis yang terdapat di Assam, Myanmar, Thailand dan Indo-Cina. Secara morfologi, berukuran besar dengan berat ± 2000g dan berwarna cerah. Nycticebus coucang, tersebar di Malaysia, Sumatera, Thailand bagian Selatan, sebelah Utara Kepulauan Natuna. Berukuran lebih kecil daripada Nycticebus coucang bengalensis, berwarna coklat terang dengan bagian dahi yang lebih gelap. Ketiga, Nycticebus coucang menagensis yang dapat dijumpai di daerah Borneo, Bangka dengan ukuran tubuh relative lebih kecil jika dibandingkan dengan Nycticebus coucang coucang. Terakhir, Nycticebus coucang javanicus, sesuai dengan namanya penyebarannya di Pulau Jawa. Ukuran tubuhnya lebih besar daripada sub spesies lainnya, dengan corak yang tebal pada bagian dorsal (punggung) yang menjadikan perbedaan yang cukup mencolok.
Di Indonesia belum ditemui adanya skema pasti mengenai keberadaan dan distribusi satwa ini. Penduduk lokal bahkan kerap kali keliru menganalogikannya dengan kus-kus. Hal ini dikarenakan keterbatasan dalam penyampaian informasi.

G.Perilaku
Kukang terkenal dengan kehidupan malamnya (nocturnal) dan memakan beberapa buah-buahan dan sayuran, juga beberapa insecta, ma- mmalia kecil dan bahkan burung. Umumnya mereka meraih makanan de- ngan salah satu tangan lalu memasukkannya ke dalam mulut. Berbeda halnya dengan minum, cara yang dilakukan pun cukup unik. Mereka tidak minum langsung dari sumbernya tetapi mereka membasahi ta- ngannya dan menjiltinya.
Layaknya hewan-hewan nocturnal lainnya, pada siang hari kukang beristirahat atau tidur pada cabang-cabang pohon. Bahkan ada yang membenamkan diri ke dalam tumpukan serasah tetapi hal ini sangat jarang ditemui. Satu yang unik dari kebiasaan tidur kukang yaitu posisi dimana mereka akan menggulungkan badan, kepala diletakkan diantara kedua lutut/ekstrimitasnya.
Ketika malam hari tiba, kukang mulai melakkukan aktivitasnya. Mereka bergerak dengan menggunakan 4 anggota tubuhnya, pergerakan seperti ini disebut dengan quadropedal ke segala arah baik itu peregrakan vertical ataupun horizontal (climbing). Pada hewan-hewan yang hidup di penangkaran, mereka bergerak memanjat dan mengitari kandang disebut denan aksplorasi. Tak jauh berbeda dengan kehidupannya di alam, kukang yang hidup di penangkaran pun menciumi segala sesuatu / objek yang ditemuinya serta melakukan penandaan / marking dengan urine.
Berdasarkan rekaman hasil penelitian di lapangan,diketahui bahwa kukang hidup secara soliter, walaupun di beebrapa saat ditemui adanya interaksi namun tidak lebih sebatas fase tahapan reproduksi. Masa estrus pada kukang berkisar antara 30-40 hari. Pada hewan betina, jika memasuki masa estrus maka akan lebih sering mengeluarkan suara / vokalisasi berupa siulan. Selain itu, terjadi pembengkakan pada area genitalianya. Jika jantan men dengarkan dan tertarik akan siulan betina, maka jantan kemudian mendekati betina dan me- ngadakan kopulasi. Masa kehamilan atau gestation periode selama 176 sampai 198 hari atau kurang lebih selama 6 bulan.

H.Populasi dan Status
Populasi kukang di alam saat ini diperkirakan cenderung menurun yang disebabkan oleh perusakan habitat dan penangkapan yang terus berlangsung tanpa memper-dulikan umur dan jenis kelamin.
Penangkapan kukang yang tidak terkendali terutama untuk diperdagangkan sebagai hewan peliharaan (pet animal). Akibatnya kukang sekarang termasuk kategori spesies terancam punah dan dilindungi Undang-undang dalam Konvensi CITES Appendix II.
Kukang tergolong satwa pemakan segala (omnivora), seperti halnya dengan primata lainnya pakan utama adalah buah-buahan dan dedaunan. Namun demikian kukang di habitat aslinya,juga memakan biji-bijian, serangga, telur burung, kadal dan mamalia kecil.
•Kukang jantan memiliki wilayah teritorial. Kukang jantan akan meninggalkan penanda bau dari tubuhnya untuk memberitahu kukang lain jika wilayah tersebut miliknya. Jika ada kukang yang masuk dan mencari makan di sana maka akan terjadi pertarungan.
•Kukang memiliki mata yang sangat besar untuk membantunya melihat dalam gelap. Karena kukang adalah hewan nokturnal, sehingga lebih banyak aktif di malam hari terutama saat mencari makan.
•Dalam semalam, kukang dapat berkelana hingga sejauh 8 km. Untuk ukuran hewan kecil dan lambat, jarak itu cukup jauh dan mengangumkan.
•Cara bergerak kukang mirip sekali dengan gerak ular. Hal ini dikarenakan susunan tulang belakang kukang jauh lebih banyak dari jenis hewan bertulang belakang lain seperti kera atau harimau.
•Jari kedua dari kukang lebih kecil dari yang lain. Hal ini berguna saat kukang menggenggam dahan pohon agar lebih kuat.
•Area yang dianggap rumah oleh seekor kukang bisa selebar 6,4 km2 dan kukang bisa tidur di 60 tempat yang berbeda sesuai dengan apa yang dia inginkan.
•Mata dari kukang memiliki selaput yang dapat memantulkan cahaya yang disebut tapetum lucidum. Mekanisme pemantulan cahaya ini mirip dengan kucing.
•Kukang dapat hidup hingga 25 tahun. Kukang betina mengalami kehamilan hingga 6 bulan. Bayi dari kukang memiliki berat kurang dari 50 gram.
•Kematangan organ reproduksi dari kukang adalah 10 bulan untuk kukang betina dan satu tahun untuk kuskus jantan. Biasanya kukang kawin hingga dua kali dalam setahun. Seekor kukang hanya memiliki 1 bayi setiap melahirkan.
•Kukang adalah jenis hewan omnivora. Hewan ini memakan macam-macam serangga, cacing, mamalia kecil, buah, daun, dan berbagai jenis telor.

BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Salah satu jenis hewan yang dilindungi karena masuk dalam kategori rentan adalah kukang (Nycticebus coucang). Kukang terdiri dari 8 marga dan terbagi lagi menjadi 14 jenis yang tersebar mulai Afrika hingga negara-negara Asia, khususnya Asia Selatan dan Asia Tenggara. Di Indonesia hanya ada satu marga kukang yaitu jenis Nycticebus.
Kukang adalah hewan primata yang hidup di atas pohon. Keberadaannya semakin terancam karena banyak dijual di pasar gelap secara ilegal, sebagai hewan peliharaan atau dikonsumsi dagingnya untuk obat. Kita Cerdas telah merangkum fakta-fakta menarik dari kukang yang wajib kita tahu agar kita memiliki kesadaran akan kelangsungan hidup hewan ini.

DAFTAR PUSTAKA
http://adamakalahlengkap.blogspot.co.id/2016/01/kukang-jawa-nycticebus-javanicus.html
Albert B, Johnson A, Lewis J, Raff M, Roberts K, Walter P. 2008. Molecular Biology of Cell. Ed ke-5. Abingdon: Garland Science.
Adimihardja K. 1992. Kasepuhan yang Tumbuh di Atas yang Luruh: Pengelolaan Lingkungan secara Tradisional di Kawasan Gunung Halimun Jawa Barat. Bandung: Tarsito.
Alikodra HS.   2002. Pengelolaan Satwaliar.   Bogor: Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan IPB.
Anonim. 2008. Jawa Barat dalam Angka 2008. Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat.
Nelson DL, Cox MM. 2008. Lehninger Principles of Biochemistry. Ed ke-5. New York: W.H. Freeman.
NCBI. 2014. 
Nekaris, A. & Streicher, U. (2008). Nycticebus coucang. Daftar Merah Spesies Terancam IUCN 2008. IUCN 2008.
Supriatna J, Wahyono EH. 2000. Panduang Lapangan Primata Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

No comments:

Post a Comment