Thursday, 3 March 2016

KONSEP AKHLAK, PENDIDIKAN AKHLAK DAN OBJEK KAJIAN AKHLAK

BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Sejarah Agama menunjukkan bahwa kebahagiaan yang ingin dicapai dengan menjalankan syariah agama itu hanya dapat terlaksana dengan adanya akhlak yang baik. Kepercayaan yang hanya berbentuk pengetahuan tentang keesaan Tuhan, ibadah yang dilakukan hanya sebagai formalitas belaka, muamalah yang hanya merupakan peraturan yang tertuang dalam kitab saja, semua itu bukanlah merupakan jaminan untuk tercapainya kebahagiaan tersebut.     Timbulnya kesadaran akhlak dan pendirian manusia terhadap-Nya adalah pangkalan yang menentukan corak hidup manusia. Akhlak, atau moral, atau susila adalah pola tindakan yang didasarkan atas nilai mutlak kebaikan.Hidup susila dan tiap-tiap perbuatan susila adalah jawaban yang tepat terhadap kesadaran akhlak, sebaliknya hidup yang tidak bersusila dan tiap-tiap pelanggaran kesusilaan adalah menentang kesadaran itu.   Kesadaran akhlak adalah kesadaran manusia tentang dirinya sendiri, dimana manusia melihat atau merasakan diri sendiri sebagai berhadapan dengan baik dan buruk. Disitulah membedakan halal dan haram, hak dan bathil, boleh dan tidak boleh dilakukan, meskipun dia bisa melakukan. Itulah hal yang khusus manusiawi. Dalam dunia hewan tidak ada hal yang baik dan buruk atau patut tidak patut, karena hanya manusialah yang mengerti dirinya sendiri, hanya manusialah sebagai subjek menginsafi bahwa dia berhadapan pada perbuatannya itu, sebelum, selama dan sesudah pekerjaan itu dilakukan. Sehingga sebagai subjek yang mengalami perbuatannya dia bisa dimintai pertanggungjawaban atas perbuatannya itu.      

B.Rumusan Masalah
1.Apakah pengertian dari akhlak?
2.Bagaimana konsep akhlak dalam kehidupan?
3.Bagaimana urgensi akhlak dalam kehidupan?

BAB II
PEMBAHASAN

A.Pengertian Akhlak
Kata “akhlak” (Akhlaq) berasal dari   bahasa Arab,merupakan bentuk jamak dari ”khuluq” yang menurut bahasa berarti budi pekerti,perangai, tingkah laku, atau tabiat. Kata tersebut mengandung segi persesuaian dengan kata”khalq” yang berarti kejadian.Ibnu ‘Athir menjelaskan bahwa khuluq adalah gambaran batin manusia yang sebenarnya (yaitu jiwa dan sifat-sifat batiniah),sedang khalq merupakan gambaran bentuk jasmaninya (raut muka, warna kulit,tinggi rendah badan, dan lain sebagainya). Kata khuluq sebagai bentuk tunggal dari akhlak, tercantum dalam Al-quran surah Al-Qalam(68):4, yang artinya:”Sesungguhnya engkau (Muhammad) berada di atas budi pekerti yang agung” Kata akhlak juga dapat kita temukan dalam hadis yang sangat populer yang diriwayatkan oleh Imam Malik, yang artinya:”Bahwasanya aku (Muhammad) diutus tidak lain adalah untuk menyempurnakan akhlak mulia”;. Secara terminologis, terdapat beberapa definisi akhlak yang dikemukakan oleh para ahli. Ahmad Amin mendefinisikan akhlak sebagai”kehendak yang dibiasakan”.Imam Al-Ghazali menyebutkan bahwa akhlak adalah “sifat yang tertanam dalam jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan”. Sedangkan Abdullah Darraz mengemukakan bahwa akhlak adalah “suatu kekuatan dalam kehendak yang mantap yang membawa kecendrungan kepada pemilihan pada pihak yang benar (akhlak yang baik) atau pihak yang jahat (akhlak yang buruk)”. Selanjutnya menurut Abdullah Darraz,perbuatan-perbuatan manusia dapat dianggap sebagai manifestasi dari akhlaknya, apabila memenuhi dua syarat, yaitu :
1.Perbuatan perbuatan itu dilakukan berulang kali dalam bentuk yang sama, sehingga menjadi suatu kebiasaan bagi pelakunya.
2.Perbuatan-perbuatan itu dilakukan karena dorongan jiwanya, bukan karena adanya tekanan dari luar,seperti adanya paksaan yang menimbulkan ketakutan atau bujukan dengan harapan mendapatkan sesuatu.

Disamping istilah “akhlak”,kita juga mengenal istilah “etika” dan ‘moral”. Ketiga istilah itu sama-sama menentukan nilai baik dan buruk dari sikap dan perbuatan manusia.Perbedaannya terletak pada standar masing-masing.Akhlak standarnya adalah Al-Qur’an dan Sunnah.Sedangkan etika standarnya pertimbangan akal pikiran,dan moral standarnya adat kebiasaan yang umum berlaku di masyarakat
1)Etika
Perkataan etika berasal dari bahasa yunani ethos yang berarti adat kebiasaan.Di dalam kamus istilah pendidikan dan umum dikatakan bahwa etika adalah bagian dari filsafat yang mengajarkan keluhuran budi (baik dan buruk). Menurut Dr. H. Hamzah ya’qub “ etika adalah ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran”.( Asmaran, 1992: 7). Etika menurut Ki Hajar Dewantara“ etika adalah ilmu yang mempelajari soal kebaikan dan keburukan di dalam hidup manusia semuanya”. (Saputra, 2004: 59).      
2)Moral
Perkataan moral berasal dari bahasa Latin mores yaitu jamak dari mos yang berarti adat kebiasaan. Di dalam kamus umum bahasa Indonesia dikatakan bahwa moral adalah baik buruk perbuatan dan perkataan. Moral merupakan istilah yang digunakan untuk memberikan batasan terhadap aktivitas manusia dengan nilai atau hukum baik dan buruk.Perbedaan antara moral dan etika yaitu, etika lebih banyak bersifat teoritis sedangkan moral lebih banyak bersifat praktis.Etika memandang tingkah laku manusia saecara umum, sedangkan moral secara lokal. Moral menyatakan ukuran, sedangkan etika menjelaskan ukuran itu.(Asmaran, 1992: 8-9).
3)Kesusilaan
Kesusilaan berasal dari kata susila yang mendapat awalan ke dan akhiran an. Susila berasal dari bahasa sansekerta, yaitu su dan sila. Su yang berarti baik, bagus dan sila berarti dasar, prinsip, peraturan   hidup atau norma. Didalam kamus umum bahasa Indonesia dikatakan, susila berarti sopan, beradab, baik budi bahasanya dan kesusilaan sama dengan kesopanan. Kata susila selanjutnya digunakan untuk arti sebagai aturan hidup yang lebih baik.Orang susila adalah orang yang berkelakuan baik, sedangkan orang yang asusila adalah orang yang berkelakuan buruk.

B.Konsep Akhlak
Dari beberapa pengertian tersebut diatas,dapat disimpulkan bahwa [2]akhlak adalah tabiat atau sifat seseorang,yakni keadaan jiwa yang telah terlatih,sehinnga dalam jiwa tersebut benar-benar telah melekat sifat-sifat yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan spontan,tanpa dipikirkan dan diangan-angankan terlebih dahulu. Hal itu tidak berarti bahwa perbuatan tersebut dilakukan dengan tidak sengaja atau tidak dikehendaki.Hanya saja karena yang demikian itu dilakukan berulang-ulang sehingga sudah menjadi kebiasaan,maka perbuatan itu muncul dengan mudah tanpa dipikir dan dipertimbangkan lagi. Sebenarnya akhlak itu sendiri bukanlah perbuatan,melainkan gambaran batin (jiwa) yang tersembunyi dalam diri manusia. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa akhlak adalah nafsiyah (sesuatu yang bersifat kejiwaan/abstrak),sedangkan bentuknya yang kelihatan berupa tindakan (mu’amalah) atau tingkah laku (suluk) merupakan cerminan dari akhlak tadi. Seringkali suatu perbuatan dilakukan secara kebetulan tanpa adanya kemauan atau kehendak,dan bisa juga perbuatan itu dilakukan sekali atau beberapa kali saja,atau barangkali perbuatan itu dilakukan tanpa disertai ikhtiar (kehendak bebas) karena adanya tekanan atau paksaan. Maka perbuatan-perbuatan tersebut diatas tidak dapat dikategorikan sebagai akhlak. Sebagai contoh, seseorang tidak dapat dikatakan berakhlak dermawan,apabila perbuatan memberikan hartanya itu dilakukan hanya sekali atau dua kali saja,atau mungkin dia memberikan itu karena terpaksa (disebabkan gengsi atau dibawah tekanan) yang sebenarnya dia tidak menghendaki untuk melakukannya,atau mungkin untuk memberikan hartanya itu dia masih merasa berat sehingga memerlukan perhitungan dan pertimbangan.Padahal factor kehendak ini memegang peranan yang sangat penting,karena dia menunjukkan adanya unsur ikhtiar dan kebebasan,sehingga suatu perbuatan bisa disebut perbuatan akhlak.

C.Urgensi Akhlak Dalam Kehidupan
Aspek – aspek ajaran islam, baik aqidah, ibadah mu’amalah bagi setiap muslim ketiganya merupakan aspek – aspek yang bersifat taklifi (kewajiban) yang harus dilaksanakan. Sejarah membuktikan bahwa semua aspek ajaran tersebut tidak dapat terlaksana tanpa adanya akhlak yang baik.Dari sini dapat dipahami bahwa akhlak merupakan pilar yang sangat penting dalam Islam.Akhlak yang mulia adalah pertanda kematangan iman serta merupakan kunci kesuksesan hidup di dunia dan akhirat. 
Nabi Muhammad sebagai Rasul terakhir diutus oleh Allah untuk mengemban misi penyempurnaan akhlak manusia yang telah runtuh sejak zaman para nabi yang terdahulu.Beliau bersabda : ٳنَّمَابُعِثْتُلِأُتَمِّمَمَكَارِمَالْأَخْلاَقِرواهأحمدوالبيهقى “Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak manusia.” (HR. Ahmad dan Baihaqi) Apakah Rasulullah diutus hanya untuk memperbaiki dan menyempurnakan akhlak?Tentu tidak hanya itu saja, tetapi pada dasarnya syariat yang dibawa para Rasul bermuara pada pembentukkan akhlak mulia. Berbagai ritual diperintahkan Allah melalui para Nabi dan Rasul, ternyata banyak bermuara pada pembentukkan akhlak, seperti dalam perintah Shalat sebagai berikut : “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat.Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. Al-Ankabut:45) Ayat tersebut secara jelas menyatakan, bahwa muara dari ibadah Shalat adalah terbentuknya pribadi yang terbebas dari sikap keji dan munkar, pada hakikatnya adalah terbentuknya manusia berakhlak mulia, bahkan jika kita telusuri proses Shalat selalu dimulai dengan berbagai persyaratan tertentu, seperti bersih badan, pakaian dan tempat, dengan cara mandi dan wudhu, Shalat dipersiapkan untuk membentuk sikap manusia selalu bersih, patuh, tata peraturan, dan melatih seseorang untuk tepat waktu. Selanjutnya, akhlak juga dapat menentukan beriman atau tidaknya seseorang,“demi Allah ia tidak beriman, demi Allah ia tidak beriman, demi Allah ia tidak beriman. 
Para sahabat bertanya, siapakah mereka wahai Rasulullah? Rasulullah menjawab: orang yang tidak menyimpan rahasia kejelekan tetangganya (H. R. Muslim). Hadits tersebut secara nyata mengandung arti bahwa orang yang berakhlak buruk kepada tetangganya oleh Rasulullah dianggap tidak beriman, selama ini mungkin kita menganggap perbuatan jahat kita kepada orang lain atau tetangga sebagai sesuatu yang biasa, sesuatu yang tidak akan berpengaruh pada eksistensi keimanan, padahal kalau kita mengetahui, ternyata berakhlak jelek sangat besar pengaruhnya terhadap keimanan. Bahkan manusia paling jelek di sisi Allah pada hari kiamat adalah manusia berakhlak jelek. ” sesungguhnya manusia paling jelek disisi Allah pada hari kiamat adalah seseorang yang ditinggalkan orang lain, karena menghindari kejelekannya.” (H.R. Bukhari). Sebaliknya orang yang paling dicintai oleh Rasulullah adalah yang paling baik akhlaknya, “sesungguhnya orang yang paling aku cintai dia yang paling dekat tempat duduknya pada hari kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya.” (H.R. At- Tirmidzi). Ternyata orang mukmin yang sempurna imannya bukan karena banyak ibadahnya, tetapi yang baik akhlaknya, “orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah orang yang paling baik akhlaknya.” (H.R. Abu Daud). Demikian juga orang bertakwa dan berakhlak mulia dijamin masuk syurga,” penyebab utama masuknya manusia ke syurga, karena bertakwa kepada Allah dan kemuliaan akhlaknya.” (H. R. Tirmidzi). [3]Manusia mempunyai kecendrungan untuk berbuat baik dan buruk. Biasanya orang bertakwa akan berbuat dan bersikap baik dan mengutamakan akhlak mulia, perbuatan baik merupakan wujud kemuliaan akhlaknya, sedangkan perbuatan baik akan menghapus perbuatan-perbuatan buruk. Pencerminan diri seseorang juga sering digambarkan melalui tingkah laku atau akhlak yang ditunjukkan. Bahkan akhlak merupakan perhiasan diri bagi seseorang karena orang yang berakhlak jika dibandingkan dengan orang yang tidak berakhlak tentu sangat jauh perbedaannya.                                       

BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk , antara yang terpuji dan yang tercela , tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan batin. Maksud dari akhlak itu sendiri adalah adanya hubungan antara khaliq dan makhluk , dan antara makhluk dengan makhluk. Kita harus membiasakan diri berakhlak terpuji dalam kehidupan sehari hari agar semuanya berjalan sesuai dengan perintah dan larangan dari Allah Swt.

B.Saran
Sebagai seorang mahasiswa, alangkah lebih baik jika kita mempelajari materi tentang akhlak dari berbagai sumber, baik dari buku maupun situs internet. Agar nantinya kita mudah dalam memahami dan kita akan lebih mudah dalam penulisan makalah kedepannya. Dalam penulisan makalah ini kami menyadari banyka kekurangan dan kesalahan dalam penyampaian maupun penulisan kalimat. Oleh karena itu,kami sebagai penulis makalah ini meminta kritik dan saran sehingga kedepannya kami dapat menulis makalah ini dengan baik.                     

DAFTAR PUSTAKA

DR.H.Yunahar.1999.Kuliah Akhlak.Yogyakarta:Pustaka Pelajar offset.hal
DR.Muhammad Rabbi Muhammad Jauhari.2006.Keistimewaan Akhlak Islam. Bandung: Pustaka Setia
Drs.KH.Ahmad Dimyathi Badruzzaman, M.A.2004.Panduan Kuliah Agama Islam.Bandung:Sinar Baru
Nurasmawi. 2011. Buku Ajar Aqidah Akhlak, Pekanbaru : Yayasan Pusaka Riau Anwar,Khairul. 2014. Pengantar Studi Islam : Rajawali Pers 
Rajab, Khairunnas. 2012. Agama Kebahagian.Yogyakarta : Pustaka Pesantren Ritonga
Rahman. 2005.Merakit Hubungan dengan Sesama Manusia : Amelia Surabaya

AGAMA DAN MASYARAKAT

BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Secara umum, ilmu sosial budaya dasar bertujuan untuk mengembangkan kepribadian manusia dalam masyarakat dan agama, sehingga mampu menghadapi masalah dalam bermasyarakat. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang dibekali akal dan nafsu perlu membekali diri dengan agama supaya menjadi manusia yang lebih baik bagi sesama manusia berkelompok atau bermasyarakat .
Manusia sebagai makhluk sosial  atau bermasyarakat butuh individu atau manusia lain karna manusia tidak akan mampu hidup sendiri ia butuh orang lain .manusia perlu bermasyarakat dan saling berhubungan atau berinteraksi satu sama lain dalam kelompok sosial maupun masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup nya dan untuk berkembang.
Agama memberikan penjelasan bahwa manusia adalah mahluk yang memilki potensi untuk berahlak baik (takwa) atau buruk (fujur) potensi fujur akan senantiasa eksis dalam diri manusia karena terkait dengan aspek instink, naluriah, atau hawa nafsu, seperti naluri makan/minum, seks, berkuasa dan rasa aman. Apabila potentsi takwa seseorang lemah, karena tidak terkembangkan (melalui pendidikan), maka prilaku manusia dalam hidupnya tidak akan berbeda dengan hewan karena didominasi oleh potensi fujurnya yang bersifat instinktif atau implusif (seperti berjinah, membunuh, mencuri, minum-minuman keras, atau menggunakan narkoba dan main judi). Agar hawa nafsu itu terkendalikan (dalam arti pemenuhannya sesuai dengan ajaran agama), maka potensi takwa itu harus dikembangkan, yaitu melalui pendidikan agama dari sejak usia dini. Apabila nilai-nilai agama telah terinternalisasi dalam diri seseorang maka dia akan mampu mengembangkan dirinya sebagai manusia yang bertakwa, yang salah satu karakteristiknya adalah mampu mengendalikan diri (self contor) dari pemuasan hawa nafsu yang tidak sesuai dengan ajaran agama. Oleh karena itu kami mengangkat judul makalah agama dan masyarakat.

B.Rumusan Masalah
1.Apa pengertian agama ?
2.Apa pengertian masyarakat ?
3.Bagaimana hubungan agama dengan masyarakat ?
4.Apa kaitan agama dalam masyarakat ?
5.Bagaimana cara beragama masyarakat Indonesia ?
6.Apa saja fungsi agama dalam masyarakat ?
7.Bagaimana dimensi komitmen agama ?
8.Apa saja pelembagaan agama di Indonesia ?
9.Bagaimana terjadinya konflik beragama ?

C.Tujuan Penulisan
1.Untuk mengetahui apa pengertian agama
2.Untuk mengetahui apa pengertian masyarakat
3.Mendeskripsikan bagaimana hubungan agama dengan masyarakat
4.Untuk mengetahui apa kaitan agama dalam masyarakat
5.Mendeskripsikan bagaimana cara beragama masyarakat Indonesia
6.Untuk mengetahui apa saja fungsi agama dalam masyarakat
7.Mendeskripsikan bagaimana dimensi komitmen agama
8.Untuk mengetahui apa saja pelembagaan agama
9.Mendeskripsikan bagaimana terjadinya konflik beragama

BAB II
PEMBAHASAN

A.Pengertian Agama
Pengertian agama menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah system yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia serta lingkungannya. Kata agama berasal dari Bahasa sansekerta yang berarti tradisi, sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari Bahasa latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti mengikat kembali. Maksudnya dengan religi seseorang mengikat dirinya kepada tuhan. Pengertian agama menurut M. Hasbi Alshiddiqy adalah tuntunan yang melengkapi segala segi dan suatu peruangan untuk memperoleh kekayaan dunia dan kesentosaan akhirat, pengertian agama menurut Emile Durkheim adalah suatu sisten yang terpadu yang terdiri atas kepercayaan dan praktik yang berhubungan dengan hal yang suci.

B.Pengertian Masyarakat
1.Peter l. Berger, definisi masyarakat adalah suatu keseluruhan kompleks hubungan manusia yang luas sifatnya. Keseluruhan yang kompleks sendiri berarti bahwa keseluruhan itu terdiri atas bagian-bagian yang membentuk suatu kesatuan .
2.Karl Marx, definisi masyarakat ialah keseluruhan hubungan - hubungan ekonomis, baik produksi maupun konsumsi, yang berasal dari kekuatan-kekuatan produksi ekonomis, yakni teknik dan karya.
3.Gillin & Gillin, definisi masyarakat adalah kelompok manusia yang mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan persatuan yang diikat oleh kesamaan.
4.Harold j. Laski, definisi masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang hidup dan bekerjasama untuk mencapai terkabulnya keinginan-keinginan mereka bersama.
5.Robert Maciver, definisi masyarakat adalah suatu sistim hubungan-hubungan yang ditertibkan (society means a system of ordered relations)
6.Selo Soemardjan, definisi masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan.
7.Horton & Hunt, definisi masyarakat adalah suatu organisasi manusai yang saling berhubungan.
8.Mansur Fakih, definisi masyarakat adalah sesuah sistem yang terdiri atas bagian-bagian yang saling berkaitan dan masing-masing bagian secara terus menerus mencari keseimbangan  (equilibrium) dan harmoni.
9.Emile Durkheim, definisi masyarakat merupakan suau kenyataan objektif pribadi-pribadi yang merupakan anggotanya.
10.Paul b. Horton & c. Hunt, definisi masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama , tinggal di   suatu    wilayah tertentu , mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok / kumpulan manusia tersebut .

C. Hubungan Agama dengan Masyarakat
Telah kita ketahui Indonesia memiliki banyak sekali budaya dan adat istiadat yang juga berhubungan dengan masyarakat dan agama. Dari berbagai budaya yang ada di Indonesia dapat dikaitkan hubungannya dengan agama dan masyarakat dalam melestraikan budaya.Sebagai contoh budaya Ngaben yang merupakan upacara kematian bagi umat hindu Bali yang sampai sekarang masih terjaga kelestariannya.
Hal ini membuktikan bahwa agama mempunyai hubungan yang erat dengan budaya sebagai patokan utama dari masyarakat untuk selalu menjalankan perintah agama dan melestarikan kebudayaannya.Selain itu masyarakat juga turut mempunyai andil yang besar dalam melestarikan budaya, karena masyarakatlah yang menjalankan semua perintah agama dan ikut menjaga budaya agar tetap terpelihara.
Selain itu ada juga hubungan lainnya,yaitu menjaga tatanan kehidupan.Maksudnya hubungan agama dalam kehidupan jika dipadukan dengan budaya dan masyarakat akan membentuk kehidupan yang harmonis,karena ketiganya mempunyai keterkaitan yang erat satu sama lain. Sebagai contoh jika kita rajin beribadah dengan baik dan taat dengan peraturan yang ada,hati dan pikiran kita pasti akan tenang dan dengan itu kita dapat membuat keadaan menjadi lebih baik seperti memelihara dan menjaga budaya kita agar tidak diakui oleh negara lain.
Namun sekarang ini agamanya hanyalah sebagi symbol seseorang saja. Dalam artian seseorang hanya memeluk agama, namun tidak menjalankan segala perintah agama tersebut. Dan di Indonesia mulai banyak kepercayaan-kepercayaan baru yang datang dan mulai mengajak/mendoktrin masyarakat Indonesia agar memeluk agama tersebut. Dari banyaknya kepercayaan-kepercayaan baru yang ada di Indonesia, diharapkan pemerintah mampu menanggulangi masalah tersebut agar masyarakat tidak tersesaat di jalannya. Dan di harapkan masyarakat Indonesia dapat hidup harmonis, tentram, dan damai antar pemeluk agama yang satu dengan lainnya.

D.Kaitan Agama Dalam Masyarakat
Menurut Elizabeth K. Nottingham (1954), kaitan agama dalam masyarakat dapat mencerminkan tiga tipe, meskipun tidak menggambarkan keseluruhannya secara utuh.
1.Masyarakat yang Terbelakang dan Nilai-nilai Sakral
Masyarakat tipe ini kecil, terisolasi, dan terbelakang. Anggota masyarakatnya menganut agama yang sama. Sebab itu, keanggotaan mereka dalam masyarakat dan dalam kelompok keagamaan adalah sama. Agama menyusup ke dalam kelompok aktivitas yang lain.
Sifat-sifatnya: agama memasukkan pengaruhnya yang sakral ke dalam sistem masyarakat secara mutlak, nilai agama sering meningkatkan konservatisme dan menghalangi perubahan dalam masyarakat dan agama menjadi fokus utama pengintegrasian dan persatuan masyarakat secra keseluruhan yang berasal dari keluarga yang belum berkembang.
2.Mayarakat-masyarakat Praindustri yang Sedang Berkembang
Masyarakatnya tidak terisolasi, ada perkembangan teknologi. Agama memberi arti dan ikatan kepada sistem nilai dalam tiap masyarakat,pada saat yang sama, lingkungan yang sakral dan yang sekular masih dapat dibedakan. Fase kehidupan sosial diisi dengan upacara-upacara tertentu. Di pihak lain, agama tidak memberikan dukungan sempurna terhadap aktivitas sehari-hari, agama hanya memberikan dukungan terhadap adat-istiadat.
Pendekatan rasional terhadap agama dengan penjelasan ilmiah biasanya akan mengacu dan berpedoman pada tingkah laku yang sifatnya ekonomis dan teknologis dan tentu akan kurang baik. Karena adlam tingkah laku, tentu unsur rasional akan lebih banyak, dan bila dikaitkan dengan agama yang melibatkan unsur-unsur pengetahuan di luar jangkauan manusia (transdental), seperangkat symbol dan keyakinan yang kuat, dan hal ini adalah keliru. Karena justru sebenarnya, tingkah laku agama yang sifatnya tidak rasional memberikan manfaat bagi kehidupan manusia.
Agama melalui wahyu atau kitab sucinya memberikan petunjuk kepada manusia untuk memenuhi kebutuhan mendasar, yaitu selamat di dunia dan akhirat. Dalam perjuangannya, tentu tidak boleh lalai. Untuk kepentingan tersebut, perlu jaminan yang memberikan rasa aman bagi pemeluknya. Maka agama masuk dalam sistem kelembagaan dan menjadi sesuatu yang rutin. Agama menjadi salah satu aspek kehiduapan semua kelompok sosial, merupakan fenomena yang menyebar mulai dari bentuk perkumpulan manusia, keluarga, kelompok kerja, yang dalam beberapa hal penting bersifat keagamaan. Adanya organisasi keagamaan, akan meningkatkan pembagian kerja dan spesifikasi fungsi,juga memberikan kesempatan untuk memuaskankebutuhan ekspresif dan adatif.

E.Cara Beragama
1.Tradisional, yaitu cara beragama berdasarkan tradisi. Cara ini mengikuti cara beragama nya nenek moyang, leluhur atau orang-orang dari angkatan sebelumnya. Pada umumnya kuat dalam beragama, sulit menerima hal-hal keagamaan yang baru atau pembaharuan. Apalagi bertukar agama bahkan tidak ada minat. Dengan demikian kurang dalam meningkatkan ilmu amal keagamaannya.
2.Formal, yaitu cara beragama berdasarkan formalitas yang berlaku di lingkungan atau masyarakatnya. Cara ini biasanya mengikuti cara beragama orang yang berkedudukan tinggi atau punya pengaruh, pada umumnya tidak kuat dalam beragama. Mudah mengubah cara beragamanya. Mudah bertukar agama jika memasuki lingkungan atau masyarakat yang lain agamanya.
3.Rasional, yaitu cara beragama berdasarkan penggunaan rasio sebisanya. Untuk itu mereka selalu berusaha memahami dan menghayati ajaran agama dengan pengetahuan, ilmu ,dan pengamalannya.
4.Metode pendahulu, yaitu cara beragamaberdasarkan penggunaan akal dan hati (perasaan) di bawah wahyu ,untuk itu mereka selalu berusaha memahami dan menghayati ajaran agamanya dengan ilmu ,pengamalan dan penyebaran (dakwah). Merekaselalu mencari ilmu dulu kepada orang yang di anggap ahlinya dalam ilmu agama yang memegang teguh ajaran asli yang di bawa oleh utusan misalnya Nabi atau Rasul sebelum mereka mengamalkan, mendakwahkan dan bersabar (berpegang teguh) dengan itu semua .

F.Fungsi Agama dalam Masyarakat
Agama juga merupakan salah satu prinsip yang (harus) dimiliki oleh setiap manusia untuk mempercayai Tuhan dalam kehidupan mereka. Tidak hanya itu, secara individu agama bisa digunakan untuk menuntun kehidupan manusia dalam mengarungi kehidupannya sehari-hari. Adapun fungsi agama adalah sebagai berikut :
1.Fungsi agama dalam pengukuhan nilai-nilai, bersumber pada kerangka acuan yang bersifat sakral, maka normanya pun dikukuhkan dengan sanksi-sanksi sakral. Dalam setiap masyarakat sanksi sakral mempunyai kekuatan memaksa istimewa, karena ganjaran dan hukumannya bersifat duniawi dan supramanusiawi dan ukhrowi.
2.Fungsi agama di bidang sosial adalah fungsi penentu, di mana agama menciptakan suatu ikatan bersama, baik di antara anggota-anggota beberapa mayarakat maupun dalam kewajiban-kewajiban sosial yang membantu mempersatukan mereka.
3.Fungsi agama sebagai sosialisasi individu ialah individu, pada saat dia tumbuh menjadi dewasa, memerlukan suatu sistem nilai sebagai semacam tuntunan umum untuk (mengarahkan) aktivitasnya dalam masyarakat, dan berfungsi sebagai tujuan akhir pengembangan kepribadiannya. Orang tua di mana pun tidak mengabaikan upaya “moralisasi” anak-anaknya, seperti pendidikan agama mengajarkan bahwa hidup adalah untuk memperoleh keselamatan sebagai tujuan utamanya. Oleh sebab itu, untuk mencapai tujuan tersebut harus beribadat dengan kontinyu dan teratur, membaca kitab suci dan berdoa setiap hari, menghormati dan mencintai orang tua, bekerja keras, hidup secara sederhana, menahan diri dari tingkah laku yang tidak jujur, tidak berbuat yang senonoh dan mengacau, tidak minum-minuman keras, tidak mengkonsumsi obat-obatan terlarang, dan tidak berjudi. Maka perkembangan sosialnya terarah secara pasti serta konsisten dengan suara hatinya.
4.Fungsi Edukatif (Pendidikan). Ajaran agama secara yuridis (hukum) berfungsi menyuruh/mengajak dan melarang yang harus dipatuhi agar pribagi penganutnya menjadi baik dan benar, dan terbiasa dengan yang baik dan yang benar menurut ajaran agama masing-masing.
5.Fungsi Penyelamat. Dimanapun manusia berada, dia selalu menginginkan dirinya selamat. Keselamatan yang diberikan oleh agama meliputi kehidupan dunia dan akhirat. Charles Kimball dalam bukunya Kala Agama Menjadi Bencana melontarkan kritik tajam terhadap agama monoteisme (ajaran menganut Tuhan satu). Menurutnya, sekarang ini agama tidak lagi berhak bertanya: Apakah umat di luat agamaku diselamatkan atau tidak? Apalagi bertanya bagaimana mereka bisa diselamatkan? Teologi (agama) harus meninggalkan perspektif (pandangan) sempit tersebut. Teologi mesti terbuka bahwa Tuhan mempunyai rencana keselamatan umat manusia yang menyeluruh. Rencana itu tidak pernah terbuka dan mungkin agamaku tidak cukup menyelami secara sendirian. Bisa jadi agama-agama lain mempunyai pengertian dan sumbangan untuk menyelami rencana keselamatan Tuhan tersebut. Dari sinilah, dialog antar agama bisa dimulai dengan terbuka dan jujur serta setara.
6.Fungsi Perdamaian. Melalui tuntunan agama seorang/sekelompok orang yang bersalah atau berdosa mencapai kedamaian batin dan perdamaian dengan diri sendiri, sesama, semesta dan Alloh. Tentu dia/mereka harus bertaubat dan mengubah cara hidup.
7.Fungsi Kontrol Sosial. Ajaran agama membentuk penganutnya makin peka terhadap masalah-masalah sosial seperti, kemaksiatan, kemiskinan, keadilan, kesejahteraan dan kemanusiaan. Kepekaan ini juga mendorong untuk tidak bisa berdiam diri menyaksikan kebatilan yang merasuki sistem kehidupan yang ada.
8.Fungsi Pemupuk Rasa Solidaritas. Bila fungsi ini dibangun secara serius dan tulus, maka persaudaraan yang kokoh akan berdiri tegak menjadi pilar “Civil Society” (kehidupan masyarakat) yang memukau.
9.Fungsi Pembaharuan. Ajaran agama dapat mengubah kehidupan pribadi seseorang atau kelompok menjadi kehidupan baru. Dengan fungsi ini seharusnya agama terus-menerus menjadi agen perubahan basis-basis nilai dan moral bagi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
10.Fungsi Kreatif. Fungsi ini menopang dan mendorong fungsi pembaharuan untuk mengajak umat beragama bekerja produktif dan inovatif bukan hanya bagi diri sendiri tetapi juga bagi orang lain.
11.Fungsi Sublimatif (bersifat perubahan emosi). Ajaran agama mensucikan segala usaha manusia, bukan saja yang bersifat agamawi, melainkan juga bersifat duniawi. Usaha manusia selama tidak bertentangan dengan norma-norma agama, bila dilakukan atas niat yang tulus, karena untuk Alloh, itu adalah ibadah.

G.Dimensi Komitmen Agama
Masalah fungsionalisme agama dapat dinalisis lebih mudah pada komitmen agama, menurut Roland Robertson (1984), diklasifikasikan berupa keyakinan, praktek, pengalaman, pengetahuan, dan konsekuensi.
1.Dimensi keyakinan mengandung perkiraan atau harapan bahwa orang yang religius akan menganut pandangan teologis tertentu, bahwa ia akan mengikuti kebenaran ajaran-ajaran agama.
2.Praktek agama mencakup perbuatan-perbuatan memuja dan berbakti, yaitu perbuatan untuk melaksanakan komitmen agama secara nyata. Ini menyangkut, pertama, ritual, yaitu berkaitan dengan seperangkat upacara keagamaan, perbuatan religius formal, dan perbuatan mulia. Kedua, berbakti tidak bersifat formal dan tidak bersifat publik serta relatif spontan.
3.Dimensi pengalaman memperhitungkan fakta, bahwa semua agama mempunyai perkiraan tertentu, yaitu orang yang benar-benar religius pada suatu waktu akan mencapai pengetahuan yang langsung dan subjektif tentang realitas tertinggi, mampu berhubungan, meskipun singkat, dengan suatu perantara yang supernatural.
4.Dimensi pengetahuan dikaitkan dengan perkiraan, bahwa orang-orang yang bersikap religius akan memiliki informasi tentang ajaran-ajaran pokok keyakinan dan upacara keagamaan, kitab suci, dan tradisi-tradisi keagamaan mereka.
5.Dimensi konsekuensi dari komitmen religius berbeda dengan tingkah laku perseorangan dan pembentukan citra pribadinya.

H.Pelembagaan Agama
Pelembagaan agama adalah suatu tempat atau lembaga untuk membimbing, membina dan mengayomi suatu kaum yang menganut agama. Pelembagaan Agama di Indonesia yang mengurusi agamanya
1.Islam : MUI atau Majelis Ulama Indonesia adalah Lembaga Swadaya Masyarakat yang mewadahi ulama, zu’ama, dan cendikiawan Islam di Indonesia untuk membimbing, membina dan mengayomi kaum muslimin di seluruh Indonesia. Majelis Ulama Indonesia berdiri pada tanggal, 7 Rajab 1395 Hijriah, bertepatan dengan tanggal 26 juli 1975 di Jakarta, Indonesia.
2.Kristen : Persekutuan Gereja-gereja Indonesia (PGI) (dulu disebut Dewan Gereja-gereja di Indonesia – DGI) didirikan pada 25 Mei 1950 di Jakarta sebagai perwujudan dari kerinduan umat Kristen di Indonesia untuk mempersatukan kembali Gereja sebagai Tubuh Kristus yang terpecah-pecah. Karena itu, PGI menyatakan bahwa tujuan pembentukannya adalah “mewujudkan Gereja Kristen Yang Esa di Indonesia.”
3.Katolik : Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI atau Kawali) adalah organisasi Gereja Katolik yang beranggotakan para Uskup di Indonesia dan bertujuan menggalang persatuan dan kerja sama dalam tugas pastoral memimpin umat Katolik Indonesia. Masing-masing Uskup adalah otonom dan KWI tidak berada di atas maupun membawahi para Uskup dan KWI tidak mempunyai cabang di daerah. Keuskupan bukanlah KWI daerah. Yang menjadi anggota KWI adalah para Uskup di Indonesia yang masih aktif, tidak termasuk yang sudah pensiun. KWI bekerja melalui komisi-komisi yang diketuai oleh Uskup-Uskup. Pada 2006 anggota KWI berjumlah 36 orang, sesuai dengan jumlah keuskupan di Indonesia (35 keuskupan) ditambah seorang uskup dari Ambon (Ambon memiliki 2 uskup)
4.Hindu : Parisada Hindu Dharma Indonesia ( Parisada ) ialah: Majelis tertinggi umat Hindu Indonesia.
5.Budha : MBI Majelis Buddhayana Indonesia adalah majelis umat Buddha di Indonesia. Majelis ini didirikan oleh Bhante Ashin Jinarakkhita pada hari Asadha 2499 BE tanggal 4 Juli 1955 di Semarang, tepatnya di Wihara Buddha Gaya, Watugong, Ungaran, Jawa Tengah, dengan nama Persaudaraan Upasaka-Upasika Indonesia (PUUI) dan diketuai oleh Maha Upasaka Madhyantika S. Mangunkawatja.
6.Konghucu : MATAKIN Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia adalah sebuah organisasi yang mengatur perkembangan agama Khonghucu di Indonesia. Organisasi ini didirikan pada tahun 1955. Keberadaan umat beragama Khonghucu beserta lembaga-lembaga keagamaannya di Nusantara atau Indonesia ini sudah ada sejak berabad-abad yang lalu, bersamaan dengan kedatangan perantau atau pedagang-pedagang Tionghoa ke tanah air kita ini. Mengingat sejak zaman Sam Kok yang berlangsung sekitar abad ke-3 Masehi, Agama Khonghucu telah menjadi salah satu di antara Tiga Agama Besar di China waktu itu; lebih-lebih sejak zaman dinasti Han, atau tepatnya tahun 136 sebelum Masehi telah dijadikan Agama Negara .

I.Konflik Yang Ada Dalam Agama
Berbagai konflik diantara agama-agama dipaparkan secara khusus:
1.Konflik antara Yahudi dan Nasrani. Walaupun sumber konflik ini didasarkan atas kitab suci namun justru unsur dogmatis agama ini sangat mendukung pengambaran konflik yang terjadi. Menurut versi Yahudi, Nasrani adalah agama yang sesat karena menganggap Yesus sebagai mesias (juru selamat). Dalam pandangan Yahudi sendiri Yesus adalah penista agama yang paling berbahaya karena menganggap dirinya adalah anak Allah, sampai akhirnya otoritas Yahudi sendiri menghukum mati Yesus dengan cara disalibkan, sebuah jenis hukuman bagi penjahat kelas kakap pada waktu itu. Sedangkan menurut pandangan Kristen, umat Yahudi adalah umat pilihan Allah yang justru menghianati Allah itu sendiri. Untuk itu Yesus datang ke dunia demi menyelamatkan umat tersebut dari murka Allah. Dalam beberapa kesempatan, misalnya, ketika Yesus mengamuk di bait Allah karena dipakai sebagai tempat berjualan, atau dalam kasus lain yaitu penolakan orang Israel terhadap ajaran Yesus.
2.Konflik Islam-Kristen. Konflik ini pada awalnya diilhami oleh kepercayaan bahwa Islam memandang Nasrani sebagai agama kafir karena mempercayai Yesus sebagai anak Allah, padahal dalam ajaran Islam Nabi Isa (Yesus) merupakan nabi biasa yang pamornya kalah dari nabi utama mereka Muhammad S.A.W. Konflik ini pada awalnya hanya pada tataran kepercayaan saja, namun ketika unsur politis, ekonomi, dan budaya masuk, maka konflik yang bermuara pada pecahnya Perang Salib selama beberapa abad menegaskan rivalitas Islam-Kristen sampai sekarang. Konflik itu sendiri muncul ketika Agama Kristen dan Islam mencapai puncak kejayaannya berusaha menunjukkan dominasinya. Ketika itu Islam yang berusaha meluaskan pengaruhnya ke Eropa, mendapat tantangan dari Nasrani yang terlebih dahulu ada dan telah mapan. Puncak pertempuran itu sebenarnya terjadi ketika perebutan Kota Suci Jerusalem yang akhirnya dimenangkan tentara salib. Sebagai balasan, Islam kemudian berhasil merebut Konstatinopel yang merupakan poros dagang Eropa-Asia pada saat itu.
3.Konflik antara Yahudi-Islam yang masih hangat dalam ingatan kita. Konflik ini berawal dari kepercayaan orang Yahudi akan tanah yang dijanjikan Allah kepada mereka yang dipercayai terletak di daerah Israel, termasuk Yerusalem, sekarang. Pasca perbudakan Mesir, ketika orang Yahudi melakukan eksodus ke Mesir namun kemudian malah diperbudak sampai akhirnya diselamatkan oleh Musa, orang Yahudi kemudian kembali ke tanah mereka yang lama, yaitu Israel. Akan tetapi, pada saat itu orang Arab telah bermukim di daerah itu. Didasarkan atas kepercayaan itu, kemudian orang Yahudi mulai mengusir Orang Arab yang beragama Islam itu. Inilah sebenarnya yang menjadi akar konflik Israel dan Palestina dalam rangka memperebutkan Jerusalem. Konflik ini semakin panas ketika unsure politis mulai masuk.

J.Faktor Konflik Agama
Terjadinya konflik tersebut tentunya disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :
1.Karena tidak adanya keampuhan Pancasila dan UUD 45 yang selama ini menjadi pedoman bangsa dan negara kita mulai digoyang dengan adanya amandemen UUD 45 dan upaya merubah ideologi negara kita ke ideologi agama tertentu.
2.Kurangnya rasa menghormati baik antar pemeluk agama satu dengan yang lainnya ataupun sesame pemeluk agama.
3.Adanya kesalahpahaman yang timbul karena adanya kurang komunikasi antar pemeluk agama.

K.Upaya Antisipasi Konflik Agama
Upaya yang perlu ditempuh unuk menantisipasi konflik agama antara lain :
1.Menurut Jusuf Kalla, dalam menangani konflik antaragama, jalan terbaik yang bisa dilakukan adalah saling mentautkan hati di antara umat beragama, mempererat persahabatan dengan saling mengenal lebih jauh, serta menumbuhkan kembali kesadaran bahwa setiap agama membawa misi kedamaian.
2.Tidak memperkenankan pengelompokan domisili dari kelompok yang sama didaerah atau wilayah yang sama secara eksklusif. Jadi tempat tinggal/domisili atau perkampungan sebaiknya mixed, atau campuran dan tidak mengelompok berdasarkan suku (etnis), agama, atau status sosial ekonomi tertentu.
3.Masyarakat pendatang dan masyarakat atau penduduk asli juga harus berbaur
atau membaur atau dibaurkan.
4.Segala macam bentuk ketidakadilan struktural agama harus dihilangkan atau
dibuat seminim mungkin.
5.Kesenjangan sosial dalam hal agama harus dibuat seminim mungkin, dan sedapat – dapatnya dihapuskan sama sekali.
6.Perlu dikembangkan adanya identitas bersama (common identity) misalnya kebangsaan (nasionalisme-Indonesia) agar masyarakat menyadari pentingnya persatuan dalam berbangsa dan bernegara. 

BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
1.Pengertian agama menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah system yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia serta lingkungannya.
2.Peter l. Berger, definisi masyarakat adalah suatu keseluruhan kompleks hubungan manusia yang luas sifatnya. Keseluruhan yang kompleks sendiri berarti bahwa keseluruhan itu terdiri atas bagian-bagian yang membentuk suatu kesatuan .
3.Agama mempunyai hubungan yang erat dengan budaya sebagai patokan utama dari masyarakat untuk selalu menjalankan perintah agama dan melestarikan kebudayaannya.
4.Menurut Elizabeth K. Nottingham (1954), kaitan agama dalam masyarakat dapat mencerminkan tiga tipe, yaitu masyarakat yang terbelakang dan nilai-nilai sacral, masyarakat-masyarakat perindustrian yang sedang berkembang.
5.Cara beragama masyarakat Indonesia adalah tradisional, formal, rasional, metode pendahuluan.
6.Fungsi agama dalam masyarakat adalah sebagai pengukuhan nilai-nilai, penentu, sosialisasi individu, pendidikan, penyelamat, perdamaian, kontrol sosial, pemupuk rasa solidaritas, pembaharuan, kreatif, sublimatif.
7.Masalah fungsionalisme agama dapat dinalisis lebih mudah pada komitmen agama, menurut Roland Robertson (1984), diklasifikasikan berupa keyakinan, praktek, pengalaman, pengetahuan, dan konsekuensi.
8.Pelembagaan agama adalah suatu tempat atau lembaga untuk membimbing, membina dan mengayomi suatu kaum yang menganut agama. Pelembagaan Agama di Indonesia yang mengurusi agamanya adalah MUI, PGI, KWI, Parisada, MBI, Matakin.
9.Konflik yang terjadi antara umat beragama diantaranya konflik antar yahudi dan nasrani, konflik islam dan Kristen, konflik yahudi dan islam.
10.Faktor konflik umat beragama adalah tida mengamalkan pancasila, kurang menghormati antar umat beragama, adanya kesalahpahaman anatar umat beragama.
11.Upaya antisipasi konflik agama adalah saling mentautkan hati, tidak adanya pengelompokan etnis, berbaur.

DAFTAR PUSTAKA

Berry David, Pokok-Pokok Pikiran Dalam Sosiologi, Jakarta, 2003
Campbell Tom, Tujuh Teori Social Sketsa Penilaian Perbandingan, Jokjakarta, 1994
Narwoko J, Dwi, Suyanto Bagong, Sosiologi Teks Pengantar Dan Terapan, Jakarta, 2004
Drs. Widyasusanto Laurent, Penuntun Belajar Sosiologi, Jakarta, 1996
M. Munandar  Sulaeman,  Ilmu Social Dasar Teori Dan Konsep Social Edisi Revisi, Bandung, 1993
Supardan Dadang, Pengantar Ilmu Social Sebuah Kajian Pendekatan Structural, Jakarta , 2007
R. Schraf Betty, Sosiologi Agama, Jakarta, 2004

STRESS DAN ADAPTASI

BAB I
PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Modernisasi dan perkembangan teknologi membawa perubahan tentang cara berpikir dalam pola hidup bermasyarakat, sehingga perubahan tersebut membawa pada kosekuensi di bidang kesehatan fisik dan bidang kesehatan jiwa.
Manusia harus selalu menyesuaikan diri dengan kehidupan dunia yang selalu berubah-ubah. Manusia sebagaimana dia ada pada suatu ruang dan waktu, merupakan hasil interaksi antara jasmani, rohani, dan lingkungan. Ketiga unsur tersebut saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Dalam segala masalah, kita harus mempertimbangkan ketiganya sebagai suatu keseluruhan (holistik) sehingga manusia disebut makhluk somato-psiko-sosial.
Setiap individu memiliki intensitas atau derajat perasaan yang berbeda walaupun menghadapi stimulus yang sama. Perasaan dan emosi biasanya disifatkan sebagai keadaan dari diri individu pada suatu saat, misalnya orang merasa terharu melihat banyaknya warga masyarakat yang tertimpa musibah kebanjiran.(Drs.Sunaryo, M.Kes , 2004 : 149)
Sumber gangguan jasmani (somatik) maupun psikologis adalah stress. Penyesuaian yang berorientasi pada tugas disebut adaptasi dan yang berorientasi pada pembelaan ego disebut mekanisme pertahanan diri.
Pemahaman tentang stres dan akibatnya penting bagi upaya pengobatan maupun pencegahan gangguan kesehatan jiwa. Masalah stress sering dihubungkan dengan kehidupan modern  dan nampaknya kehidupan modern merupakan sumber gangguan stress lainya. Perlu diperhatikan bahwa kepekaan orang terhadap stress berbeda. Hal ini juga bergantung pada kondisi tubuh individu yang turut menampilkan gangguan jiwa.
Stress merupakan gangguan kesehatan jiwa yang tidak dapat dihindari, karena merupakan bagian dari kehidupan.

B.Rumusan Masalah
1.Apakah definisi dari stress?
2.Bagaimanakah penggolongan stress menurut para ahli?
3.Apa saja penyebab stress?
4.Bagaimanakah ciri-ciri penderita stress berdasakan kemampuan individu menahan stress?
5.Apa saja tahapan-tahapan stress menurut para ahli?
6.Bagaimanakah reaksi-reaksi terhadap stress?
7.Bagaimanakah cara-cara untuk mengendalikan stress?
8.Seperti apa proses keperawatan managemen stress untuk perawat?
9.Apakah definisi dari adaptasi?
10.Apa saja jenis-jenis dari adptasi?

C.Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk :
1.Mengetahui definisi dari stress
2.Mengetahui penggolongan stress menurut para ahli
3.Mengetahui hal-hal yang dapat menyebabkan stress
4.Mengetahui ciri-ciri penderita stress berdasarkan kemampuan individu dalam menahan stress
5.Mengetahui tahapan-tahapan stress menurut para ahli
6.Mengetahui reaksi-reaksi terhadap stress
7.Mengetahui cara-cara untuk mengendalikan stress
8.Mengetahui proses keperawatan managemen stress untuk perawat
9.Mengetahui definisi dari adaptasi
10.Mengetahui jenis-jenis dari adptasi


BAB II
PEMBAHASAN

A.Stress
1.Pengertian Stress
Pengertian stress menurut para ahli  :
•Menurut Hans Selye, “Stress adalah respon manusia yang bersifat nonspesifik terhadap setiap tuntutan kebuthan yang ada dalam dirinya” (Pusdiknakes, Dep.Kes.RI, 1989)
•“Stress adalah suatu kekuatan yang mendesak atau mencekam, yang menimbulkan suatu ketegangan daqlam diri seseorang” (Soeharto Heerdjan. 1987)
•“Stress adalah segala masalah atau tuntutan penyesuaian diri , dan karena itu, sesuatu yang mengganggu keseimbangan kita” (Maramis, 1999)
•“Stress adalah reaksi atau respons tubuh terhadap stresor psikososial (tekanan mental atau beban kehidupan)” (Dadang Hawari, 2001)
Secara umum, stress adalah respons tubuh yang tidak spesifik terhadap setiap kebutuhan tubuh yang terganggu, suatu fenomena universal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan tidak dapat dihindari, setiap orang mengalaminya, stress memberi dampak secara total pada individu yaitu terhadap fisik, psikologis, intelektual, sosial, dan spiritiual, sterss dapat mengancam keseimbangan fisiologis.
Stress emosi dapat menimbulkan perasaan negatif atau destruktif terhadap diri sendiri dan orang lain. Stress intelektual akan mengganggu persepsi dan kemampuan seseorang dalam menyelesaikan masalah, stress sosial akan mengganggu hubungan individu terhadap kehidupan (Hans Selye, 1956 ; Davis, at all. 1989 ; Barbara Kozier, et all, 1989).

2. Penggolongan Stress
Menurut Sri Kusmiati dan Desminiarti (1990), apabila ditinjau dari penyebabnya stress dapat digolongkan sebagai berikut :
a.Stress fisik, disebabkan oleh suhu atau temperatur yang terlalu tinggi atau rendah, suara amat bising, sinar yang terlalu terang, atau tersengat arus listrik.
b.Stress kimiawi, disebabkan oleh asam-basa kuat, obat-obatan, zat beracun, hormon, atau gas.
c.Stress mikrobiologik, disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang menimbulkan penyakit.
d.Stress fisiologik, disebabkan oleh gangguan struktur, fungsi jaringan, organ, atau sistemik sehingga menimbulkan fungsi tubuh tidak normal.
e.Stress proses pertumbuhan dan perkembangan, disebabkan oleh gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada masa bayi hingga trua.
f.Stress psikis/emosional, disebabkan oleh gangguan hububgan interpersonal, sosial, budaya, atau keagamaan.

Adapun menurut Brench Grand (2000), stress ditinjau dari penyebabnya hanya dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
1.Penyebab makro, yaitu menyangkut peristiwa besar dalam kehidupan, seperti kematian, perceraian, pensiun, luka batin, dan kebangkrutan.
2.Penyebab mikro, yaitu menyangkut peristiwa kecil sehari-hari, seperti pertengkaran rumah tangga, beban pekerjaan, masalah apa yang akan dimakan, dan antri.

3.Penyebab Stress / Stressor
Stressor adalah variabel yang dapat diidentifikasikan sebagai penyebab timbulnya stress, datangnya stressor dapat sendiri-sendiri atau dapat pula bersamaan. Sumber strees dapat berasal dari dalam tubuh dan di luar tubuh, sumber stress dapat berupa biologi atau fisiologi, kimia, psikologi, sosial, dan spiritual. Terjadinya stress karena stressor tersebut dirasakan dan dipersepsikan oleh individu sebagai suatu ancaman sehingga menimbulkan kecemasan yang merupakan tanda umum dan awal dari gangguan kesehatan fisik dan psikologis. Contohnya:
a.Stressor biologi dapat berupa: mikroba; bakteri, virus dan jasad renik lainnya, hewan, binatang, bermacam tumbuhan dan makhluk hidup lainnya yang dapat mempengaruhi kesehatan misalnya : tumbuhnya jerawat (acne), demam, digigit binatang, dll, yang dipersepsikan dapat mengancam konsep diri individu.
b.Stressor fisik dapat berupa : perubahan iklim, alam, suhu, cuaca, geografi: yang meliputi letak tempat tinggal, domisili, demografi ; berupa jumlah anggota dalam keluarga, nutrisi, radiasi kepadatan penduduk, imigrasi, kebisingan, dll.
c.Stressor kimia: dari dalam tubuh dapat berupa serum darah dan glukosa, sedangkan dari luar tubuh dapat berupa obat,pengobatan, pemakaian alkohol, nikotil, kafein, polusi udara, gas beracun, insektisida, pencemaran lingkungan, bahan-bahan kosmetika, bahan-bahan pengawet, pewarna, dll.
d.Stressor sosial psikologi , yaitu labeling (penamaan) dan prasangka , ketidakpuasan terhadap diri sendiri, kekejaman (aniaya,perkosaan) konflik peran percaya diri yang rendah, perubahan ekonomi, emosi yang negatif dan kehamilan.
e.Stressor spiritual : yaitu adanya persepsi negatif terhadap nilai-nilai ke-Tuhanan.

4.Kemampuan Individu Menahan Stress
Setiap individu mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam menahan stress. Hal tersebut sangat bergantung pada sifat dan hakikat stress yaitu intensitas, lokal, lamanya, dan umum.  Selain itu juga pada sifat individu yang terkait dengan proses adaptasi.
Sebagaimana dikemukakan oleh Prof. Dadang Hawari (2001) bahwa stress apabila ditinjau dari tipe kepribadian individu dibedakan menjadi 2 macam, yaitu :
a.Tipe yang rentan (vulnerable)
Individu dengan tipe ini memiliki resiko yang tinggi mengalami stress dengan ciri-ciri kepribadian sebagai berikut :
•Cita-citanya tinggi (ambisius)
•Agresif
•Suka bersaing yang kurang sehat
•Banyak jabatan rangkap
•Emosional, yang ditandai dengan mudah marah, mudah tersinggung, mudah mengalami ketegangan, dan kurang sabar
•Terlalu percaya diri (over confident)
•Self kontrol kuat
•Terlalu waspada
•Tindakan dan cara bicaranya cepat serta tidak dapat diam (hiperaktif)
•Cakap dalam berorganisasi (organisatoris)
•Cakap dalam memimpim (leader)
•Tipe kepemimpinan otoriter
•Bekerja tidak mengenal waktu (workaholic)
•Bila menghadapi tantangan senang bekerja sendiri
•Disiplin waktu yang ketat
•Kurang rileks dan serba terburu-buru
•Kurang atau bahkan tidak ramah
•Tidak mudah bergaul
•Mudah empati, namun juga mudah bersikap bermusuhan
•Sulit dipengaruhi
•Sifatnya kaku (tidak fleksibel)
•Pikiran tercurah kepekerjaan walaupun sedang libur
•Berusaha keras agar segala sesuatunya terkendali
b.Tipe yang kebal (immune)
Individu dengan tipe ini kebal terhadap stress, yang ciri-ciri kepribadiannya sebagai berikut :
•Cita-cita atau ambisinya wajar
•Berkompetensi secara sehat
•Tidak agresif
•Tidak memaksakan diri
•Emosi terkendali, yang ditandai dengan tidak mudah marah, tidak mudah tersinggung, penyabar, dan tenang
•Kewaspadaan wajar
•Self control wajar
•Self confident wajar
•Cara bicara tenang
•Cara bertindak tenang dan dilakukan pada saat yang tepat
•Ada keseimbangan waktu bekerja dan istirahat
•Sikap dalam memimpin maupun berorganisasi akomodatif dan manusiawi
•Mudah bekerja sama (kooperatif)
•Tidak memaksakan diri dalam menghadapi tantangan
•Bersikap ramah
•Mudah bergaul
•Dapat menimbulkan empati untuk mencapai kebersamaan (mutual benefit)
•Bersikap fleksibel, akomodatif, dan tidak merasa dirinya paling benar
•Dapat melepaskan masalah pekerjaan ataupun kehidupan disaat libur
•Mampu menahan dan mengendalikan diri

5.Tahapan stress
Menurut Dr.Robert J. Van Amberg (1979), sebagaimana dikemukakan oleh Prof. Dadang Hawari (2001) bahwa tahapan stress ada 6 tahapan, yaitu sebagai berikut :
a.Stress tahap pertama (paling ringan), yaitu stress yang disertai perasaan nafsu bekerja yang besar dan berlebihan, mampu menyelesaikan pekerjaan tanpa memperhitungkan tenaga yang dimiliki, dan penglihatan menjadi tajam.
b.Stress tahap kedua, yaitu stress yang disertai keluhan, seperti bangun pagi tidak segar atau letih, lekas capek pada saat menjelang sore, lekas lelah sesudah makan, tidak dapat rileks, lambung atau perut tidak  nyaman, jantung berdebar, dan punggung tegang. Hal ini karena cadangan tenaga tidak memadai.
c.Stress tahap ketiga, yaitu tahapan stress dengan keluhan, seperti defekasi yang tidak teratur, otot semakin tegang, emosional, insomnia, mudah terjaga dan sulit tidur kembali, koordinasi tubuh terganggu, dan mau jatuh pingsan.
d.Stress tahap keempat, yaitu tahapan stress dengan keluhan, seperti tidak mampu bekerja sepanjang hari, aktivitas pekerjaan terasa sulit dan menjenuhkan, kegiatan rutin terganggu, gangguan pola tidur, sering menolak ajakan, konsentrasi dan daya ingat menurun, serta timbul ketakutan dan kecemasan.
e.Stress tahap kelima, yaitu tahapan stress yang ditandai dengan kelelahan fisik dan mental, ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan yang sederhana dan ringan, gangguan pencernaan berat, meningkatnya rasa takut dan cemas, bingung, dan panik.
f.Stress tahap keenam (paling berat), yaitu tahapan stress dengan tanda-tanda seperti jantung berdebar keras, sesak napas, badan gemetar, dingin, dan banyak keluar keringat, loyo, serta pingsan atau collaps.

6.Reaksi-reaksi terhadap stress
Stress dapat menimbulkan berbagai macam reaksi, baik reaksi terhadap tubuh maupun terhadap psikologis. Adapun reaksi tubuh terhadap stress sebagai berikut.
a.Rambut
Rambut semula yang berwarna hitam pekat, lambat laun akan mengalami perubahan warna. Ubanan terjadi sebelum waktunya, demikian pula dengan kerontokan rambut.
b.Mata
Ketajaman mata seringkali terganggu. Hal ini disebabkan karena otot-otot bola mata mengalami kekenduran atau sebaliknya sehingga mempengaruhi fokus lensa mata.
c.Telinga
Pendengaran seringkali terganggu dengan suara berdenging (tinitus).
d.Daya pikir
Kemampuan mengingat, berpikir, dan konsentrasi menurun. Seringkali  menjadi pelupa dan mengeluh sakit kepala pusing.
e.Ekspresi wajah
Orang yang stress wajahnya nampak tegang, dahi berkerut, mimik wajah nampak serius, tidak santai, bicara berat, sukar untuk senyum atau tertawa dan kulit muka kedutan.
f.Mulut
Mulut dan bibir terasa kering sehingga seseorang sering minum. Selain itu, pada tenggorokan seolah-olah ada ganjalan sehingga ia sukar untuk menelan, hal ini disebabkan karena otot-otot lingkar di tenggorokan mengalami spasme (muscle cramps) sehingga serasa “tercekik”.
g.Kulit
Reaksi kulit bermacam-macam, pada kulit dari sebagian tubuh terasa panas atau dingin dan bahkan keringat berlebihan. Reaksi lain kelembaban kulit yang berubah, kulit menjadi lebih kering. Selain itu, bisa terkena penyakit kulit, seperti munculnya eksim, urtikaria (biduran), gatal-gatal dan pada kulit muka seringkali timbul jerawat (acne) berlebihan, juga sering dijumpai kedua belah tapak tangan dan kaki berkeringat.
h.Sistem Pernafasan
Pernafasan seseorang yang sedang mengalami stres dapat terganggu misalnya nafas terasa berat dan sesak disebabkan terjadi penyempitan pada saluran pernafasan mulai dari hidung, tenggorokan dan otot-otot rongga dada. Nafas terasa sesak dan berat dikarenakan otot-otot rongga dada (otot-otot antar tulang iga) mengalami spasme dan tidak atau kurang elastis sebagaimana biasanya. Sehingga ia harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk menarik nafas. Stres juga dapat memicu timbulnya penyakit asma (asthma bronchiale) disebabkan karena otot-otot pada saluran nafas dan paru-paru mengalami spasme.
i.Sistem Kardiovaskuler
Sistem jantung dan pembuluh darah dapat terganggu faalnya karena stres. Misalnya, jantung berdebar-debar, pembuluh darah melebar (dilatation) atau menyempit (constriction) sehingga yang bersangkutan nampak mukanya merah atau pucat. Pembuluh darah tepi (perifer) terutama di bagian ujung jari-jari tangan atau kaki juga menyempit sehingga terasa dingin dan kesemutan. Selain daripada itu sebagian atau seluruh tubuh terasa “panas” (subfebril) atau sebaliknya terasa “dingin”.
j.Sistem Pencernaan
Seringkali seseorang yang stress mengalami gangguan pada sistem pencernaannya. Misalnya, pada lambung terasa kembung, mual dan pedihd. Hal ini disebabkan karena asam lambung yang berlebihan (hiperacidity). Dalam istilah kedokteran disebut gastritis atau dalam istilah awam dikenal dengan sebutan penyakit maag. Selain gangguan pada lambung tadi, gangguan juga dapat terjadi pada usus, sehingga yang bersangkutan merasakan perutnya mulas, sukar buang air besar atau sebaliknya sering diare.
k.Sistem Perkemihan.
Orang yang sedang menderita stress  faal perkemihan (air seni) dapat juga terganggu. Frekuensi untuk buang air kecil lebih sering dari biasanya, meskipun ia bukan penderita kencing manis (diabetes mellitus).
l.Sistem Otot dan tulang
Orang yang menderita stress seringkali juga mengalami gangguan pada otot dan tulang (musculoskeletal). Otot terasa sakit seperti ditusuk-tusuk, pegal dan tegang. Selain itu, keluhan-keluhan pada tulang persendian sering pula dialami, misalnya rasa ngilu atau rasa kaku bila menggerakan anggota tubuhnya. Masyarakat awam sering mengenal gejala ini sebagai keluhan ”pegal-linu”.
m.Sistem Endokrin
Gangguan pada sistem endokrin (hormonal) pada mereka yang mengalami stress adalah kadar gula yang meninggi, dan bila hal ini berkepanjangan bisa mengakibatkan yang bersangkutan menderita penyakit kencing manis (diabetes mellitus). Gangguan hormonal lain misalnya pada wanita adalah gangguan menstruasi yang tidak teratur dan rasa sakit (dysmenorrhoe).

Sedangkan reaksi psikologis terhadap stress antara lain :
a.Kecemasan
Kecemasan merupakan respon yang paling umum Merupakan tanda bahaya yang menyatakan diri dengan suatu penghayatan yang khas, yang sukar digambarkan. Jantung berdebar, keluar keringat dingin, mulut kering, tekanan darah tinggi dan susah tidur.
b.Kemarahan dan agresi
Merupakan perasaan jengkel sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan sebuah ancaman. Reaksi umum lain terhadap situasi stress yang mungkin dapat menyebabkan agresi. Agresi adalah kemarahan yang meluap-luap, dan orang melakukan serangan secara kasar dengan jalan yang tidak wajar.Kadang-kadang disertai perilaku kegilaan, tindakan sadis dan usaha membunuh orang.
c.Depresi
Keadaan yang ditandai dengan hilangnya gairah dan semangat. Terkadang disertai rasa sedih yang berkepanjangan.

7.Cara mengendalikan stress
Adapun cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengendalikan stress yaitu :
a.Bersyukur
Bersyukur merupakan cara yang paling ampuh dalam mengatasi stress, bagaimana tidak. karena pada umumnya orang mengalami stress karena tidak kuat dengan apa yang telah terjadi atau keadaan yang menimpanya. Dengan bersyukur kita akan senantiasa ingat bahwa segala sesuatu yang kita peroleh merupakan pemberian dari Tuhan.
b.Kenali penyebab stress
Meskipun terdengar mudah, namun tidak segampang itu untuk mengenali sumber stress. Apabila stress baru saja terjadi, mungkin bisa segera dikenali penyebabnya. Namun pada stress jangka panjang, penyebabnya mungkin sudah dilupakan atau bertumpuk-tumpuk dengan penyebab stress baru. Apabila sudah benar-benar mengenali penyabab stress, berkonsentrasilah pada masalah tersebut. Apabila belum bisa dipecahkan dengan segera, cobalah untuk setidaknya memperkecil dampaknya.
c.Buatlah perencanaan yang baik
Stres terjadi karena perubahan. Jika sudah direncanakan semua hal dengan baik, stres tidak akan berakibat buruk. Perubahan seharusnya bisa dilakukan dengan menyenangkan. Namun, tanpa perencanaan yang matang, perubahan bisa menjadi malapetaka.  Buatlah perencanaan yang baik untuk segala hal misalnya menikmati saat istirahat di rumah, hingga merencanakan keuangan dengan benar.
d.Jagalah kesehatan
Tubuh yang sehat akan lebih mudah mengatasi stres. Makan dan berolahraga yang teratur serta istirahat dengan cukup.
e.Jagalah perasaan anda
Berhentilah selalu menjaga perasaan orang lain. Jika perasaan sendiri tidak dijaga, dampaknya juga akan buruk untuk orang-orang di sekitar kita. Tidak ada salahnya menolak hal-hal yang tida disukai. Untungnya, perempuan seringkali lebih mudah menunjukkan perasaan ketimbang seorang lelaki.
f.Mintalah bantuan
Jika tingkat stres sudah terlalu tinggi dan merusak kesehatan, berkonsultasilah pada orang-orang terdekat atau pada konsultan ahli. Jangan biarkan diri menderita stres terlalu lama.
g.Ingatlah bahwa sedikit stress justru baik karena dengan adanya stres, maka akan memiliki rangsangan untuk melakukan sesuatu dan bisa menjadikan stres sebagai alat pendorong untuk lebih berkembang dan maju. Hal inilah yang disebut dengan stres yang positif.
h.Terima kenyataan bahwa stres adalah bagian dari hidup. Selama hidup, stres tidak akan pernah bisa hindari 100%. Terimalah bahwa dalam hidup selalu akan muncul yang namanya stres. Karena jika menerima stres sebagai bagian hidup. Secara mental dan fisik akan lebih siap menghadapi stres.
i.Persiapkan diri untuk menghadapi berbagai berntuk stres setiap hari. Persiapan yang baik adalah selalu mempersiapkan diri untuk beradaptasi dengan segala situasi.
j.Hidupkan pengharapan dalam hati. Harapan dapat mengurangi dampak stres yang muncul. Dimana dengan harapan akan merasa adanya jalan keluar dari stres. Harapan akan muncul ketika kita sudah melakukan tindakan positif.
k.Lakukan aktifitas baru. Sesuatu yang baru dan menarik akan terasa lebih menyenangkan.
l.Meditasi sangat bagus tidak hanya untuk menghilangkan stres, tetapi juga untuk relaksasi otot. Penelitian telah menunjukkan bahwa meditasi dapat membantu dalam menurunkan tekanan darah. Cobalah mulai sekarang renungkan untuk memanggil energi positif. Caranya mudah, cukup hanya mengambil nafas panjang dan mengosongkan pikiran Anda. Lakukan meditasi10 menit.
m.Optimisme dapat menangkal dampak negatif stres, ketegangan dan kecemasan telah di sistem kekebalan tubuh. Sangat penting untuk mengelilingi diri dengan orang-orang positif.
n.Tertawa, membantu sel-sel kekebalan tubuh berfungsi lebih baik. Temukan humor dalam hal-hal dan terlibat dalam aktivitas yang membuat tertawa untuk meningkatkan fungsi kekebalan tubuh dan ketahanan terhadap penyakit.
o.Olahraga teratur dan aktivitas fisik tidak hanya memperkuat sistem kekebalan tubuh, sistem kardiovaskular, jantung, otot dan tulang, tetapi juga membantu dalam manajemen stres dengan menyediakan gangguan dari situasi stres dan meningkatkan endorfin (merasa-baik tubuh kimia).

8.Proses keperawatan managemen stress untuk perawat
Manajemen stress adalah kemungkinan melihat promosi kesehatan sebagai aktivitas atau intervasi atau mengubah pertukaran respon terhadap penyakit. Fokusnya tergantung pada tujuan dari intervensi keperawatan berdasarkan keperluan pasien. Perawat bertanggung jawab pada implemenetasi pemikiran yang dikeluarkan pada beberapa daerah perawatan.Untuk mencegah dan mengatasi stres agar tidak sampai ke tahap yang paling berat, maka dapat dilakukan dengan cara :
1.Pengaturan Diet dan Nutrisi
Pengaturan diet dan nutrisi merupakan cara yang efektif dalam mengurangi dan mengatasi stres melalui makan dan minum yang halal dan tidak berlebihan, dengan mengatur jadwal makan secara teratur, menu bervariasi, hindari makan dingin dan monoton karena dapat menurunkan kekebalan tubuh.
2.Istirahat dan Tidur
Istirahat dan tidur merupakan obat yang baik dalam mengatasi stres karena dengan istirahat dan tidur yang cukup akan memulihkan keadaan tubuh. Tidur yang cukup akan memberikan kegairahan dalam hidup dan memperbaiki sel-sel yang rusak.
3.Olah Raga atau Latihan Teratur
Olah raga dan latihan teratur adalah salah satu cara untuk meningkatkan daya tahan dan kekebalan fisik maupun mental. Olah raga dapat dilakukan dengan cara jalan pagi, lari pagi minimal dua kali seminggu dan tidak perlu lama-lama yang penting menghasilkan keringat setelah itu mandi dengan air hangat untuk memulihkan kebugaran.
4.Berhenti Merokok
Berhenti merokok adalah bagian dari cara menanggulangi stres karena dapat meningkatkan ststus kesehatan dan mempertahankan ketahanan dan kekebalan tubuh.
5.Tidak Mengkonsumsi Minuman Keras
Minuman keras merupakan faktor pencetus yang dapat mengakibatkan terjadinya stres. Dengan tidak mengkonsumsi minuman keras, kekebalan dan ketahanan tubuh akan semakin baik, segala penyakit dapat dihindari karena minuman keras banyak mengandung alkohol.
6.Pengaturan Berat Badan
Peningkatan berat badan merupakan faktor yang dapat menyebabkan timbulnya stres karena mudah menurunkan daya tahan tubuh terhadap stres. Keadaan tubuh yang seimbang akan meningkatkan ketahanan dan kekebalan tubuh terhadap stres.
7.Pengaturan Waktu
Pengaturan waktu merupakan cara yang tepat dalam mengurangi dan menanggulangi stres. Dengan pengaturan waktu segala pekerjaaan yang dapat menimbulkan kelelahan fisik dapat dihindari. Pengaturan waktu dapat dilakukan dengan cara menggunakan waktu secara efektif dan efisien serta melihat aspek prokdutivitas waktu. Seperti menggunakan waktu untuk menghasilkan sesuatu dan jangan biarkan waktu berlalu tanpa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.
8.Terapi Psikofarmaka
Terapi ini dengan menggunakan obat-obatan dalam mengalami stres yang dialami dengan cara memutuskan jaringan antara psiko neuro dan imunologi sehingga stresor psikososial yang dialami tidak mempengaruhi fungsi kognitif afektif atau psikomotor yang dapat mengganggu organ tubuh yang lain. Obat-obatan yang digunakan biasanya digunakan adalah anti cemas dan anti depresi.
9.Terapi Somatik
Terapi ini hanya dilakukan pada gejala yang ditimbulkan akibat stres yang dialami sehingga diharapkan tidak dapat mengganggu sistem tubuh yang lain.
10.Psikoterapi
Terapi ini dengan menggunakan teknik psikologis yang disesuaikan dengan kebutuhan seseorang. Terapi ini dapat meliputi psikoterapi suportif dan psikoterapi redukatif di mana psikoterapi suportif memberikan motivasi atau dukungan agar pasien mengalami percaya diri, sedangkan psikoterapi redukatif dilakukan dengan memberikan pendidikan secara berulang. Selain itu ada psikoterapi rekonstruktif, psikoterapi kognitif dan lain-lain.
11.Terapi Psikoreligius
Terapi ini dengan menggunakan pendekatan agama dalam mengatasi permasalahan psikologis mengingat dalam mengatasi permasalahn psikologis mengingat dalam mengatasi atau mempertahankan kehidupan seseorang harus sehat secara fisik, psikis, sosial, dan sehat spiritual sehingga stres yang dialami dapat diatasi.
12.Homeostatis
Merupakan suatu keadaan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dalam menghadapi kondisi yang dialaminya. Proses homeostatis ini dapat terjadi apabila tubuh mengalami stres yang ada sehingga tubuh secara alamiah akan melakukan mekanisme pertahanan diri untuk menjaga kondisi yang seimbang, atau juga dapat dikatakan bahwa homeostatis adalah suatu proses perubahaan yang terus menerus untuk memelihara stabilitas dan beradaptasi terhadap kondisi lingkungan sekitarnya.
Homeostatis yang terdapat dalam tubuh manusia dapat dikendalikan oleh suatu sistem endokrin dan syaraf otonom. Secara alamiah proses homeostatis dapat terjadi dalam tubuh manusia. Dalam mempelajari cara tubuh melakukan proses homeostatis ini dapat melalui empat cara di antaranya:
a.Self regulation di mana sistem ini terjadi secara otomatis pada orang yang sehat seperti dalam pengaturan proses sistem fisiologis tubuh manusia.
b.Berkompensasi yaitu tubuh akan cenderung bereaksi terhadap ketidak normalan dalam tubuh.
c.Dengan cara sistem umpan balik negatif, proses ini merupakan penyimpangan dari keadaan normal segera dirasakan dan diperbaiki dalam tubuh dimana apabila tubuh dalam keadaan tidak normal akan secara sendiri mengadakan mekanisme umpan balik untuk menyeimbangkan dari keadaan yang ada.
d.Cara umpan balik untuk mengkoreksi suatu ketidakseimbangan fisiologis.

B.Adaptasi
1.Pengertian adaptasi
Pengertian adaptasi menurut para ahli :
a.Menurut Soeharto Heerdjan (1987),”Adaptasi  adalah usaha atau perilaku yang tujuannya mengatasi kesulitan dan hambatan”.
b.“Adaptasi adalah mengubah diri sesuai keadaan lingkungan, tetapi juga mengubah lingkungan sesuai keadaan (keinginan diri)”(W.A.Gerungan , 1996).
Pada umumnya, adaptasi adalah menyesuaikan diri dengan kebutuhan atau tuntutan baru : yaitu suatu usaha untuk mencari keseimbangan kembali ke dalam keadaan normal. Penyesuaiaan terhadap kondisi lingkungan : modifikasi dari organisme atau penyesuaian organ secara sempurna untuk dapat eksis pada kondisi lingkungan tersebut.
2.Dimensi Adaptasi
Adaptasi terbagi menjadi beberapa jenis yaitu :
a.Adaptasi fisiologis
Indikator adaptasi ini bisa terjadi secara lokal atau umum. Lebih mudah diidentifikasi dan secara umum dapat diamati atau diukur. Namun demikian, indikator ini tidak selalu teramati sepanjang waktu pada semua klien yang mengalami stress, dan indikator tersebut bervariasi menurut individunya. Tanda vital biasanya meningkat dan klien mungkin tampak gelisah dan tidak mampu untuk beristirahat serta berkonsentrasi. Indikator ini dapat timbul sepanjang tahap stress.
Contoh :
•Seseorang yang mampu menyesuaikan diri dengan keadaan yang berat dan tidak merasa mengalami gangguan apa-apa pada organ tubuh.
•Seseorang yang mampu mengatasi stress, wajahnya tidak pucat, tangannya tidak berkeringat dan tidak gemetar.
b.Adaptasi psikologis
Adaptasi secara psikologis dapat dibagi menjadi dua yaitu:
•LAS ( general adaptation syndroma) adalah apabila kejadiannya atau proses adaptasi bersifat lokal contoh: seperti  ketika kulit terinfeksi maka akan terjadi disekitar kulit tersebut kemerahan, bengkak, nyeri, panas dll yang sifatnya lokal atau pada daerah sekitar yang terkena.
•GAS ( general adaptation syndroma) adalah apabila reaksi lokal tidak dapat diaktifitasi maka dapat menyebabkan gangguan dan secara sistemik tubuh akan melakukan proses penyesuaian diri seperti panas di seluruh tubuh, berkeringat
Adaptasi psikologis bisa terjadi secara :
•Sadar, individu mencoba memecahkan atau menyesuaikan diri dengan masalah
•Tidak sadar , menggunakan mekanisme pertahanan diri (defence mechanism)
•Menggunakan gejala fisik atau psikofisiologik/psikosomatik.
Apabila seseorang mempunyai kesulitan atau hambatan dalam beradaptasi, baik berupa tekanan, perubahan, maupun ketegangan emosi dapat menimbulkan stress.
c.Adaptasi Perkembangan
Stres yang berkepanjangan dapat mempengaruhi kemampuan untuk menyelesaikan tugas perkembangan. Pada setiap tahap perkembangan, seseorang biasanya menghadapi tugas perkembangan dan menunjukkan karakteristik perilaku dari tahap perkembangan tersebut. Stress yang berkepanjangan dapat mengganggu atau menghambat kelancaran menyelesaikan tahap perkembangan tersebut. Dalam bentuk yang ekstrem, stress yang berkepanjangan dapat mengarah pada krisis pendewasaan.
d.Adaptasi Sosial Budaya
Mengkaji stressor dan sumber koping dalam dimensi sosial mencakup penggalian bersama klien tentang besarnya, tipe, dan kualitas dari interaksi sosial yang ada. Stresor pada keluarga dapat menimbulkan efek disfungsi yang mempengaruhi klien atau keluarga secara keseluruhan (Reis & Heppner, 1993).
Perawat juga harus waspada tentang perbedaan cultural dalam respon stress atau mekanisme koping. Misalnya klien dari suku Afrika-Amerika mungkin lebih menyukai mendapatkan dukungan sosial dari anggota keluarga ketimbang dari bantuan professional (Murata, 1994).
e.Adaptasi Spiritual
Orang menggunakan sumber spiritual untuk mengadaptasi stress dalam banyak cara, tetapi stress dapat juga bermanifestasi dalam dimensi spiritual. Stress yang berat dapat mengakibatkan kemarahan pada Tuhan, atau individu mungkin memandang stressor sebagai hukuman. Stresor seperti penyakit akut atau kematian dari orang yang disayangi dapat mengganggu makna hidup seseorang dan dapat menyebabkan depresi. Ketika perawatan pada klien yang mengalami gangguan spiritual, perawat tidak boleh menilai kesesuaian perasaan atau praktik keagamaan klien tetapi harus memeriksa bagaimana keyakinan dan nilai telah berubah.

BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Emosi adalah suatu perasaan dengan pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi sebagai gejala kejiwaan berhubungan dengan gejala kejasmanian. Apabila individu mengalami emosi, dalam diri individu itu akan terdapat perubahan-perubahan dalam kejasmanian. Sedangkan stress  yang terjadi pada setiap individu berbeda-beda tergantung pada masalah yang dihadapi dan kemampuan menyelesaikan masalah tersebut. Jika masalah tersebut dapat diselesaikan dengan baik maka individu tersebut akan senang, sedangkan jika masalah tersebut tidak dapat diselesaikan dengan baik dapat menyebabkan individu tersebut marah-marah, frustasi hingga depresi. Adaptasi adalah proses dimana dimensi fisiologis dan psikososial berubah dalam berespon terhadap stress. Karena banyak stressor tidak dapat dihindari, promosi kesehatan sering difokuskan pada adaptasi individu, keluarga atau komunitas terhadap stress. Ada banyak bentuk adaptasi. Adaptasi fisiologis memungkinkan homeostasis fisiologis. Namun demikian mungkin terjadi proses yang serupa dalam dimensi psikososial dan dimensi lainnya. Suatu proses adaptif terjadi ketika stimulus dari lingkungan internal dan eksternal menyebabkan penyimpangan keseimbangan organisme. Dengan demikian adaptasi adalah suatu upaya untuk mempertahankan fungsi yang optimal.

B.Saran
Kesehatan merupakan harta yang paling berharga bagi manusia, oleh karena itu jagalah kesehatan sebagaimana mestinya. Stress dapat dikatakan sebagai salah satu tes mental bagi jiwa manusia walaupun tidak dapat dipungkiri stress juga berdampak pada fisik manusia. Untuk menghindari stress dapat dilakukan dengan menjaga kondisi tubuh antara input dan output agar tetap seimbang (homeostatis). Sebagai  manusia terapi psikologis juga diperlukan untuk membangun spirit hidup, terapi psikologis yang paling sederhana dapat dilakukan dengan cara selalu berpikir positif. Berpikir positif akan selalu membawa manusia kepada hal-hal yang menjurus kepada keberhasilan dan sikap optimisme, selain itu berpikir positif juga dapat mengurangi dampak stress pada diri seseorang.

DAFTAR PUSTAKA

Davis,M., Eshelman, E.R.,& Mc Kay,M . The relatifision and stress reduction workbook (third ed). 1988. California New Hanbinger Publition,Inc
Drs. Sunaryo, M.Kes (2004). Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC
Dalami Ernawati.S.Kp.2009.Asuhan Keperawatan klien dengan gangguan jiwa.jakarta:TIM
Kozier,B.,Erb.G & Bufalino.P.M . Introdution of nursing California Addision. 1989. Wessley Publising Company.
Rasmun.,SKp.,M.Kep. Stress, Koping dan Adaptasi. 2004. Jakarta:Sagung Seto.
Suliswati, Yenni Sianturi, dkk (2005). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC
S, kadir ABD.2010. Psikologi Keperawatan.Palembang Pieter, heri zan.2102. Pengantar Psikologi dalam Keperawatan.Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Stuart G.W dan Laraia.M.T.(1998).Principle and practice of pschiatric nursing.Edisi 8 St Louis.Mosby year Book.

Thursday, 28 January 2016

Landasan Sosial Budaya Dalam Pendidikan Di Indonesia

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Manusia adalah makhluk hidup yang diberikan berbagai potensi oleh Tuhan, setidaknya manusia diberikan panca indera dalam hidupnya. Namun tentu saja potensi yang dimilikinya harus digunakan semaksimal mungkin sebagai bekal dalam menjalani hidupnya. Untuk memaksimalkan semua potensi yang dimiliki oleh kita sebagai manusia, tentunya harus ada sesuatu yang mengarahkan dan membimbingnya, supaya berjalan dan terarah sesuai dengan apa yang diharapkan. Mengingat begitu besar dan berharganya potensi yang dimiliki manusia, maka manusia harus dibekali dengan pendidikan yang cukup sejak dini. Dilain pihak manusia juga memiliki kemampuan dan diberikan akal pikiran yang berbeda dengan makhluk yang lain. Sedangkan pendidikan itu adalah usaha yang disengaja dan terencana untuk membantu perkembangan potensi dan kemampuan manusia.
Secara sosiologi pendidikan adalah sebuah warisan budaya dari generasi kegenerasi, agar kehidupan masyarakat berkelanjutan, dan identitas masyarakat itu tetap terpelihara. Sosial budaya merupakan bagian hidup manusia yang paling dekat dengan kehidupan sehari-hari, dan hampir setiap kegiatan manusia tidak terlepas dari unsur sosial budaya.
Memasuki abad ke-21 dan menyongsong milenium ketiga tentu akan terjadi banyak perubahan dalam kehidupan masyarakat sebagai akibat dari era globalisasi. Dan pada kenyataannya masyarakat mengalami perubahan sosial yang begitu cepat, maju dan memperlihatkan gejala desintegratif yang meliputi berbagai sendi kehidupan dan menjadi masalah, salah satunya dirasakan oleh dunia pendidikan. Tidak hanya perubahan sosial, budaya pun berpengaruh besar dalam dunia pendidikan akibat dari pergeseran paradigma pendidikan yaitu mengubah cara hidup, berkomunikasi, berpikir, dan cara bagaimana mencapai kesejahteraan. Dengan mengetahui begitu pesatnya arus perkembangan dunia diharapkan dunia pendidikan dapat merespon hal-hal tersebut secara baik dan bijak

1.2 Rumusan Masalah
1.Apa yang dimaksud dengan Sosiologi ?
2.Bagaimanakah landasan sosial budaya dalam pendidikan di Indonesia ?
3.Bagaimana hubungan antara kebudayaan dan pendidikan ?
4.Bagaimana hubungan antara masyarakat dan sekolah ?
5.Bagaimana fungsi sosiologi terhadap pendidikan ?

1.3 Tujuan
1.Untuk memenuhi tugas mata kuliah.
2.Untuk menambah pengetahuan tentang Sosiologi.
3.Untuk menambah pengetahuan hubungan antara kebudayaan dan pendidikan.
4.Untuk menambah pengetahuan hubungan antara masyarakat dan sekolah

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sosiologi Pendidikan
Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusiua dalam kelompok-kelompok dan stuktur sosialnya. Jadi, sosiologi mempelajari bagamana manusia itu berhubung an satu dengan yang lainya  dalam kelompoknya dan bagai mana susunan yunit-yunit masyarakat atau social disuatu wilayah serta kaitannya satu dengan yang lain. Menurut Crow and Corw berpendapat bahwa pendidikan adalah proses yang berisi berbagai macam kegiatan yang cocok bagi individu untuk kehidupan sosialnya, membantu meneruskan adat dan budaya serta kelembagaan sosial dari generasi ke generasi. Sedangkan  menurut Ki Hajar Dewantara juga berpendapat bahwa pendidikan berarti daya upaya untuk memajukan bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek)dan jasmani anak.
Sosiologi mempunyai ciri-ciri sebagai uraian berikut
1.Empiris,adalah ciri utama sosiologi sebagai ilmu. Sebab ia bersumber dan diciptakan dari kenyataan yang terjadi dilapangan.
2.Teoretis,adalah peningkatan pase penciptaan tadi yang menjadi salah satu bentuk budaya yang biasa disimpan dalam waktu lama dan dapat  lebih diwariskan kepada generasi muda.
3.Komulatif,sebagai akibat dari penciptaan terus menarus sebagai konsekuensi darri terjadinya perubahan dimasyarakat, yang membuat teori-teori itu akan berkomulasi mengarah kepada teori yang lebih baik.
4.Nonetis, karena teori itu menceritakan apa adanya tentang masyarakat beserta indiuvidu di dalamnya, tidak menilai apakah hal nitu baik atau buruk.

Pada abad ke-20 sosiologi memegang peranan penting dalam dunia pendidikan . pendidikan yang diingiunkan oleh aliran kemasyarakatan ialah proses pendidikan yang bisa mempertahankan dan meningkatkan keselarasan hidup dalam pergaulan manusia. Untuk mewujudkan cita-cita pendidikan samgayt membutuhakan sosiologi.  Konsep atau teori sosiologi member petunjuk  kepada guru-guru tentang bagaimna seharusnya mereka membina para siswa agar mereka bisa memiliki kebiasaan hidup yang harmonis, bersahabat, dan akrab bersama teman.
Menurut wuradji (1988) menulis bahwa sosiologi pendidikan meliputi:
1.Interaksi guru dengan siswa
2.Dinamika kelompok dikelas dan diorganisasi intra sekolah
3.Struktur dan fungsi system pendidikan
4.System-sistem masyarakat dan pengaruhnya terhadap pendidikan

Bagian bagian sosiologi membari bantuan kepada pendidikan dalam wujud sosiologi pendidikan. Pertama-tama adalh tentang konsep  proses sosial  yaitu suatu cara berhubungan  antar individu atau antar kelompok atau individu dengan kelompok yang menimbulkan bentuk hubungan pendidikan.
Faktor-faktor interaksi dan proses sosial adalah
1.bisa bersifat fositif atau negative contohnya anak meniru porang tuanya atau gurunya berpakaian rapih, maka anak ini sudah mensosialisasi diri secara fositif baik terhadap orang tuanya maupun terhadap gurunya. Contoh negative anak meniru orang lain meminum minuman keras  maka ia melakukan sosialisasi negative.
2.Sugesti akan terjadi kalau seseorang anak menerima atau tertarik pada pandangan atau sikap orang lain yang berwibawa atau berwenang atau mayoritas.namun kalau anak terlalu sering mensiolisasi lewat sugesti dapat membuat gaya berpikir rasional terhambat.
3.Simpati adalah factor terakhir yang membuat anak mengadangan proses sosial. Simpati akan terjadi manakala seseorang merasa tertarik kepada orang lain. Sebab itu hubungan yang akrab perlu dikembangkan antara guru dengan peserta didik agar simpati ini mudah muncul, sosialisasi mudah terjadi, dan anak-anak akan tertib, mematuhi peraturan-peraturan kelas dalam belajar.

Menurut Coleman (1984) menulis bahwa satu yang terpenting fungsi sekolah ialah memberikan dan membangkitkan kebutuhan sosial dan reaksi.
Kebutuhan reaksi disini membuat anak-anak merasa gembira, antusias, dan merasa tidak di paksa datang kesekolah. Perasaan seperti ini bertalian erat dengan perasaan sosial
Dalam proses sosial terdapat interaksi sosial, yaitu suatu hubungan sosial yang dinamis interaksi sosial akan terjadi apabila memenuhi dua syarat sebagai berikut :
1.kontak sosial
kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk yaitu:
•kontak antar individu, misalnya anak dengan ibu rumah tangga, siswa dengan guru, atau siswa dengan siswa di sekolah.
•Kontak antar individu dengan kelompok atau sebaliknya. Contoh nya ialah seorang remaja ingin ikut perkumpulan sepak bola, seorang guru mengajar di kelas, pengurus bp3 mendatangi kepala sekolah untuk keperluan tertentu, dsb.
•Kontak antar kelompok, misalnya rapat orang tua siswa dengan guru-guru, dua perkumpulan sosial berorganisasi untuk mengatasi kenakalan remaja, dua kelompok kesenian merencanakan main bersama disuatu daerah,dsb.

2.Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran dan perasaan seseorang kepada orang lain atau kelompok orang.
Alat-alat komunikasi diantaranya
Melalui pembicaraan, dengan segala macam nada seperti berbisik-bisik, halu,kasar, dan keras tergantung kepada tujuan pembicaraan dan sifat orang yang berbicara.
•Melalui mimik, seperti raut muka,pandangan,dan sikap.
•Dengan lambing, contohnya ialah berbicara isarat untuk orang-orang yang tuna rungu,menempelkan telunjuk didepan mulut, menggelengkan kepala, menganggukan kepala,membentuk huruf O dengan jari tangan,dsb.
•Dengan alat-alat, yaitu alat-alat elektronik, seperti radio,televise,telepon, dan media cetak seperti buku,majalah,surat kabar,brosur,dsb.

Adapun bentuk-bentuk interaksi sosial yaitu:
1.Kerja sama, misalnya kerja sama dalam kelompok belajar pada anak-anak, kerja sama antar guru-guru dengan para orang tua siswa,dsb
2.Akomodasi, ialah usaha untuk meredakan pertentangan, mencari kestabilan,serta kondisi berimbang diantara para anggota. Contoh interaksi orang tua siswa yang tidak setuju dengan kenaikan SPP dengan guru-guru atau kepala sekolah yang akhirnya melahirkan kesepakatan tertentu.
3.Asimilasi atau akulturasi,ialah usaha mengurangi perbedaan pendapat, sikap, dan tindakan dengan memeperhatikan tujuan-tujuan bersama

Faktor-faktor yang dapat mempermudah terjadinya alkulturasi yaitu :
•Toleransi
•Menghargai kebudayaan orang lain
•Sikap terbuka
•Demokrasi dalam banyak hal
•Ada kepentingan yang sama
2.Persaingan, sebagai bentuk interksi sosial yang negatif. misalnya persaingan untuk mendapatkan nilai akademik tertinggi dan persaingan dalam berbagai perlombaan, namun persaingan dalam pendidikan lebih banyak negatif nya daripada positif nya
3.Pertikaian, adalah proses sosial yang menunjukan pertentangan atau konflik seperti perbedaan kepentingan, kebudayaan, dan pendapat

2.2 Kebudayaan dan Pendidikan
Kebudayaan menurut Taylor adalah totalitas yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat, dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh orang sebagai anggota masyarakat (Imran Manan, 1989). Kebudayaan produk perseorangan ini tidak disetujui Hasan (1983) dengan mengemukakan kebudayaan adalah keseluruhan dari hasil manusia hidup bermasyarakat berisi aksi-aksi terhadap dan oleh sesama manusia sebagai anggota masyarakat yang merupakan kepandaian, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan lain-lain kepandaian. Sedangkan Kneller mengatakan kebudayaan adalah cara hidup yang telah dikembangkan oleh anggota-anggota masyarakat.
Antara pendidikan dan kebudayaan terdapat hubungan yang sangat erat dalam arti keduanya berkenaan dengan suatu hal yang sama yaitu nilai-nilai. Pendidikan membuat orang berbudaya, pendidikan dan budaya bersama dan memajukan. Makin banyak orang menerima pendidikan makin berbudaya orang itu dan makin tinggi kebudayaan makin tinggipula pendidikan atau cara mendidiknya. Karena ruang lingkup kebudayaan sangat luas, mencakup segala aspek kehidupan manusia, maka pendidikan sebagai salah satu aspek kehidupan dalam kebudayaan. Pendidikan yang terlepas dari kebudayaan akan menyebabkan alienasi dari subjek yang dididik dan seterusnya kemungkinan matinya kebudayaan itu sendiri. Oleh karena itu kebudayaan umum harus diajarkan pada semua sekolah. Sedangkan kebudayaan daerah dapat dikaitkan dengan kurikulum muatan lokal, dan kebudayaan populer juga diajarkan dengan proporsi yang kecil.
Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa pendidikan adalah bagian dari kebudayaan. Bila kebudayaan berubah maka pendidikan juga bisa berubah dan bila pendidikan berubah akan dapat mengubah kebudayaan. Pendidikan adalah suatu proses membuat orang kemasukan budaya, membuat orang berprilaku mengikuti budaya yang memasuki dirinya. Sekolah sebagai salah satu dari tempat enkulturasi suatu budaya sesungguhnya merupakan bahan masukan bagi anak dalam mengembangkan dirinya.

2.3  Masyarakat dan Sekolah
Asal mula munculnya sekolah adalah atas dasar anggapan dan kenyataan bahwa pada umumnya para orang tua tidak mampu mendidik anak mereka secara sempurna dan lengkap. Karena itu mereka membutuhkan bantuan kepada pihak lain, dalam hal ini adalah Lembaga Pendidikan, untuk mengembangkan anak-anak mereka secara relatif sempurna, walaupun cita-cita ini tidak otomatis tercapai. Warga masyarakat dan parapersonalia sekolah masih memerlukan perjuangan keras untuk mencapai cita-cita itu, yang sampai sekarang belum pernah berhenti. Sebab sejalan dengan perkembangan kebudayaan, makin banyak yang perlu dipelajari dan perjuangan di sekolah.
Sekolah tidak dibenarkan sebagai menara air, yaitu melebur menjadi satu dengan masyarakat tanpa memberikan identitas apa-apa. Ia juga tidak dibenarkan sebagai menara gading yang mengisolasi diri terhadap masyarakat sekitarnya. Lembaga pendidikan yang benar adalah ibarat menara mercusuar yakni menara penerang, yaitu berada di masyarakat dan sekaligus memberi penerangan kepada masyarakat setempat. Lembaga pendidikan harus tetap berakar pada masyarakat setempat, memperhatikan ide-ide masyarakat setempat, melaksanakan aspirasi mereka, memanfaatkan fasilitas setempat untuk belajar, dan menyesuaikan diri dengan kebiasaan-kebiasaan hidup masyarakat setempat. Sementara itu ia berusaha meningkatkan cara hidup dan kehidupan masyarakat dengan cara memberi penerangan, menciptakan bibit unggul, menciptakan teknologi baru, merintis cara beternak dan bertani yang lebih baik, dan sebagainya.
Manfaat pendidikan bagi masyarakat adalah untuk meningkatkan peranan mereka sebagai warga masyarakat, baik yang berkaitandengan kewajiban maupun dengan hak mereka. Dalam rangka pendidikan seumur hidup misalnya, warga belajar bisa belajar tentang apa saja sesuai dengan minat dan bakat mereka, sehingga pemahaman, keterampilan tertentu, dan sikap mereka semakin meningkat. Hal ini membuat mereka merasa semakin mantap sebagai warga negara
Khusus bagi para siswa dan para remaja, manfaat pendidikan atau lembaga pendidikan adalah bersifat sebagai wahana persiapan untuk menjadi individu dan warga Negara yang baik
Manfaat sekolah atau pendidikan bagi masyarakat diantaranya:
1.Pendidikan sebagai transmisi budaya pelestari budaya
2.Sekolah sebagai pusat budaya bagi masyarakat sekitarnya
3.Sekolah mengembangkan kepribadian anak di samping oleh keluarga anak itu sendiri
4.Pendidikan membuat orang menjadi warga Negara yang baik, tahu akan kewajiban dan hak nya
5.Pendidikan meningkatkan integrasi sosial atau kemampuan bermasyarakat
6.Pendidikan meningkatkan kemampuan menganalisis secara kritis, melalui pelajaran ilmu, teknologi, dan kesenian
7.Sekolah meningkatkan alat control sosial dengan member pendidikan agama dan budi pekerti
8.Sekolah membantu memecahkan masalah-masalah sosial
9.Pendidikan adalah sebagai perubah sosial melalui kebudayaan-kebudayaan yang baru
10.Pendidikan berfungsi sebagai seleksi dan alokasi tenaga kerja
11.Pendidikan dapat memodifikasi hierarki ekonomi masyarakat
Hubungan yang erat antara sekolah dengan masyarakat karena saling membutuhkan satu dengan yang lain, membuat kemungkinan terbentuknya badan kerja sama yang relatif lama. Badan kerja sama ini yang anggota-anggotanya adalah wakil-wakil oarang tua siswa, para tokohasyarakat, dan beberapa guru bertugas membantu mensukseskan misi pendidikan. Pada masa sekarang badan ini banyak berkecimpung dalam perencanaan dan pelaksanaan kurikulum muatan lokal, di samping mengurusi dukungan-dukungan masyarakat terhadap sekolah seperti telah diuraikan di atas.
Berdasarkan uaraian di atas, dapatlah kita sarikan penjelasan masyarakat dan sekolah ini sebagai berikut:
1.Sekolah tidak dapat dipisahkan dari masyarakat
2.Sekolah bermanfaat bagi kemajuan budaya masyarakat, khususnya pendidikan anak-anak.
3.Masyarakat memberi sejumlah dukungan kepada sekolah.
4.Perlu ada badan kerja sama antara sekolah dengan masyarakat dalam mensukseskan pendidikan

2.4 Fungsi Sosiologi Terhadap Pendidikan
Dalam perkembangan landasan sosial budaya memiliki fungsi yang amat penting dalam dunia pendidikan yaitu:
1.Mewujudkan Masyarakat yang Cerdas
Yaitu masyarakat yang pancasilais yang memiliki cita-cita dan harapan dapat demokratis dan beradab, menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia dan bertanggung jawab dan berakhlak mulia tertib dan sadar hukum, kooperatif dan kompetitif serta memiliki kesadaran dan solidaritas antar generasi dan antara bengsa.
2.Transmisi Budaya
Sekolah berfungsi sebagai reproduksi budaya menempatkan sekolah sebagai pusat penelitian dan pengembangan. Fungsi semacam ini merupakan fungsi pada perguruan tinggi. Pada sekolah-sekolah yang lebih rendah, fungsi ini tidak setinggi pada tingkat pendidikan tinggi.
3.Pengendalian Sosial
Pengendalian sosial berfungsi memberantas atau memperbaiki suatu perilaku menyimpang dan menyimpang terjadinya perilaku menyimpang. Pengendalian sosial juga berfungsi melindungi kesejahteraan masyarakat seperti lembaga pemasyarakatan dan lembaga pendidikan.
4.Meningkatkan Iman dan Taqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa
Pendidikan sebagai budaya haruslah dapat membuat anak-anak mengembangkan kata hati dan perasaannya taat terhadap ajaran-ajaran agama yang dipeluknya.
5.Analisis Kedudukan Pendidikan dalam Masyarakat
Hubungan antara lembaga pendidikan dengan masyarakat dapat dianalogikan sebagai selembar kain batik. Dalam hal ini motif-motif atau pola-pola gambarnya adalah lembaga pendidikan dan kain latarnya adalah masyarakat. Antara lembaga pendidikan dengan masyarakat terjadi hubungan timbal balik simbiosis mutualisme. Pendidikan atau sekolah memberi manfaat untuk meningkatkan peranan mereka sebagai warga masyrakat

2.5 Implikasi Konsep Pendidikan
Konsep pendidikan mengangkat derajat manusia sebagai makhluk budaya yaitu makhluk yang diberkati kemampuan untuk menciptakan nilai kebudayaan dan fungsi budaya dan pendidikan adalah kegiatan melontarkan nilai-nilai kebudayaan dari generasi ke generasi. Kebudayaan masyarakat jika dikaitkan dengan pendidikan maka ditemukan sejumlah konsep pendidikansebagai berikut:
1.Keberadaan sekolah tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat sekitarnya, keduanya saling menunjang. Sekolah seharusnya menjadi agen pembangunan di masyarakat.
2.Perlu dibentuk badan kerja sama antara sekolah dengan tokoh-tokoh masyarakat, termasuk wakil-wakil orang tua siswa untuk ikut memajukan pendidikan.
3.Proses sosialisasi anak-anak perlu ditingkatkan.
4.Dinamika kelompok dimanfaatkan untuk belajar.
5.Kebudayaan menyangkut seluruh cara hidup dan kehidupan manusia yang diciptakan oleh manusia ikut mempengaruhi pendidikan atau perkembangan anak. Sebaliknya pendidikan juga dapat mengubah kebudayaan.
6.Akibat kebudayaan masa kini, ada kemungkinan pergeseran paradigma pendidikan, yaitu dari sekolah ke masyarakat luas dengan berbagai pengalaman yang luas

BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan
Dari uaraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :
•Sosiologi merupakan ilmu yang membahas atau mempelajari interaksi dan pergaulan antara manusia dalam kelompok dan struktur sosial.
•Kebudayaan adalah totalitas yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat dan kemampuan-kemampuan serat kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh orang sebagai anggota masyarakat.
•Sosiologi pendidikan, yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang hubungan dan interaksi manusia, baik itu individu atau kelompok dengan persekolahan sehingga terjalin kerja sama yang sinergi dan berkesinambungan antara manusia dengan pendidikan.
•Pendidikan adalah bagian dari kebudayaan. Apabila kebudayaan berubah maka pendidikan juga berubah, dan apabila pendidikan berubah akan dapat mengubah kebudayaan.
•Hubungan antara lembaga pendidikan dengan masyarakat dapat dianalogikan sebagai selembar kain batik. Dalam hal ini motif-motif atau pola-pola gambarnya adalah lembaga pendidikan, sedangkan kain latarnya adalah masyarakat itu sendiri. Antara lembaga pendidikan dengan masyarakat akan terjadi hubungan timbal balik simbiosis mutualisme, yakni lembaga pendidikan memberi manfaat untuk me3ningkatkan peranan mereka sebagai masyarakat.

B.Saran
Sosial budaya merupakan bagian hidup manusia yang paling dekat dengan kehidupan sehari-hari, dan hampir setiap kegiatan manusia tidak terlepas dari unsur sosialbudaya. Maka,disini kami selaku penulis mengharapkan dengan adanya penulisan makalah ini pembaca dapat mengembangkan konsep konsep yang ada dalam tulisan ini dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari hari. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca umumnya dan khususnya bagi penyusun.


DAFTAR PUSTAKA

Pidarta, Made. 1997. Landasan Kependidikan. Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia Jakarta : Rineka Cipta.
Ruswandi, Uus Hermawan Heris, A. Nurhamzah, 2008, Landasan Pendidikan, Bandung : CV. Insan Mandiri.
Djumhur.I dan Danasuparta. 1976 Sejarah Pendidikan, CV. Ilmu Bandung, 
Idris Zahara, 1981. Dasar-Dasar Kependidikan,  Angkasa Raya. Padang 
Made Pidata, 1997. Landasan Kependidikan , Rineka Cipta . Jakarta. 
Rukiati Enung K dan Hikmawayi henti, 2006. Sejarah Pendidikan  Islam di Indonesia, CV Pustaka Setia, Bandung. 
im Dosen IKIP Bandung, 1983. Dasar-Dasar Kependidikan, IKIP Bandung